December 28, 2011
Pertemuan dengan DIRJEN DIKDAS
Upaya yang terbaik selalu kita upayakan.. Sekolah Dolan yang juga menjadi bagian dari ASAHPENA selalu berupaya untuk bisa mendapatkan peluang yang terbaik bagi kelangsungan belajar anggotanya dan beberapa mitranya
saat ada kesempatan untuk bisa silaturahim ke DIRJEN DIKDAS,maka bersama teman-teman Asahpena Bandung, Tangsel dan Asahpena Pusat kami pun memanfaatkan untuk bisa silaturahim.
Bapak DIRJEN yang ramah dan penuh canda pun bisa mengakomodir kebutuhan anak-anak pesekolah rumah untuk bisa ujian nasional sebagaimana anak-anak di sekolah formal
memang sih masih berproses.. namun ke GALAU an akan di hapuskannya Dirjen Kesetaraan membuat pesekolah rumah bingung akan ujian nasional sebagaimana sebelumnya atau ada kebijakan yang baru... dan ternyata utuk tahun ini insya Allah masih menggunakan format ujian paket dan secara berangsur-angsur di lekukan bertahap ujian sebagaimana anak-anak Formal.
http://rofiquez.wordpress.com/2011/12/24/ujian-nasional-2012/
December 16, 2011
CIE yang mungkin bisa menjadi pilihan
Hasil kunjungan Teman-teman Club OASE
Berkunjung ke kantor perwakilan CIE di Universitas Al-Azhar Indonesia
Posted on Dec 16, 2011 by wietski 1 Comment
Akhir-akhir ini, kami mendengar berita yang kurang menyenangkan bagi para praktisi homeschool mengenai kemungkinan adanya persyaratan mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikasi (ijasah) nasional yang memberatkan anak-anak pembelajar mandiri yang tidak ikut pendidikan formal maupun nonformal. Sambil menunggu angin segar perubahan kebijakan langkah-langkah mengikuti ujian nasional yang lebih baik, kami berempat (saya, mbak mella, mbak lala, dan mbak mira) memutuskan untuk mencari alternatif lain, salah satunya dengan mengunjungi kantor perwakilan Cambridge International Examination (CIE) Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bagi yang belum tahu apa itu CIE, CIE adalah ujian internasional untuk mendapatkan sertifikasi (ijasah). Kalau dilihat dari situsnya, www.cie.org.uk, misi lembaga ini adalah untuk mewujudkan pendidikan internasional kelas dunia melalui kurikulum, ujian/assessment, dan pelayanan.
Sertifikasi yang dikeluarkan cambridge bertaraf internasional dan diakui dunia. Ujian yang disediakan setingkat dengan SD, SMP, dan SMA. Selain itu, kurikulum cambridge sendiri bisa didownload gratis disitusnya, dan buku-buku pelajaran yang menggunakan kurikulum cambridge bisa dibeli di toko buku yang menjadi distributornya, salah satunya Mentari Books yang ada di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Mungkin semua sudah mengetahui bahwa semakin banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang kemudian menggunakan kurikulum Cambridge dan mengurus ujiannya dengan bekerja sama dengan CIE UAI. Pertanyaan kami tentu saja, bagaimana dengan praktisi Homeschool?? Intinya hari itu, kami ingin memastikan peluang dan alternatif keluarga praktisi homeschool untuk mengikuti ujian sertifikasi Cambridge.
Tiba disana jam 11.30, kami diterima dengan senang hati oleh Bapak Denny Azhari meski rame-rame dengan pasukannya masing-masing (kami bawa anak-anak kami ikut serta). Setelah berbincang-bincang, berikut ini kesimpulan yang kami dapat:
1.Saat ini CIE UAI menyediakan ujian level SD (primary) dan SMA. SMP masih diurus perizinannya, meskipun menurut Pak Denny sebenarnya tanggung kalau ingin ujian SMP, lebih baik langsung SMA saja.
2. Untuk ikut ujian Cambridge, bisa daftar perorangan, tidak dibatasi usia dan bisa langsung ambil di level mana saja (SD/SMA). Sistemnya sama seperti ujian TOEFL/IELTS yang bisa diikuti siapa saja tanpa ada persyaratan raport atau ijasah pendidikan sebelumnya.
3.Ujian diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Mei-Juni (pendaftaran Desember-Februari) dan Oktober-November (pendaftaran bulan Juli-Agustus)
4. Biaya yang harus dikeluarkan oleh orangtua adalah biaya pendaftaran (400rb), biaya administrasi (450rb/subyek), dan biaya ujian.
5. Untuk ujian level SD (primary), yang diujikan adalah 3 mata pelajaran, matematika, sains dan bahasa Inggris dengan biaya Rp 750.000 (all in)
6. Ujian untuk level SD harus diambil satu paket/sekaligus 3 mata pelajaran tersebut dalam satu waktu.
7.Hasil dari ujian level SD ini mirip seperti STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau hasil ujian TOEFL/IELTS dan jika diperlukan bisa dipakai untuk mendaftar ke SMP di Indonesia yang menggunakan kurikulum cambridge atau RSBI.
8. Ujian level SD ini tidak ada hubungannya dengan ujian level SMP atau SMA, artinya bukan persyaratan yang harus diambil sebelum ikut ujian level SMP/SMA.
9. Untuk ujian level SMA, ada 4 yaitu:
Ujian IGCSE Rp 825.000 (dibayar per subject hanya untuk IGCSE)
Ujian O Level Rp 525.000 (dibayar per subject hanya untuk O Level)
Ujian AS Level Rp 650.000 (dibayar per subject hanya untuk AS Level)
Ujian A Level Rp 925.000 (dibayar per subject hanya untuk A Level)
11. CIE juga ada ujian praktikum di level SMA untuk kimia, biologi, dan fisika dengan biaya Rp 1.000.000 per-subyek.
12. Perbedaan diantara ujian-ujian tersebut adalah tergantung pada universitas yang dituju, sehingga calon siswa diminta untuk secara spesifik mencari tahu ke universitas tersebut atau melihat ke situsnya (untuk universitas di Indonesia belum terupdate), termasuk mengenai subyek apa saja yang ingin diujikan.
13. Ujian untuk level SMA berdasarkan persubyek dan bisa dicicil/diujikan terpisah waktunya tergantung kebutuhan dan permintaan dari universitas yang dituju.
14. Saat ini sudah semakin banyak universitas di Indonesia yang menerima hasil ujian CIE sebagai persyaratan administrasi pengganti ijasah nasional untuk mengikuti ujian masuk Perguruan Tinggi. Hanya saja, daftar universitas mana saja belum terupdate di situs CIE, sehingga harus ditanyakan langsung ke universitas yang bersangkutan, atau bisa dengan bapak Denny. Kemarin saat kami berkunjung, yang disebut oleh pak Denny diantaranya adalah UI, ITB, UNIBRAW, UAI, UPH, Binus.
15. Selain universitas di Indonesia, tentunya juga bisa dipakai untuk melamar ke universitas-universitas di luar negeri (daftarnya di situsnya), dan juga sebagai alat untuk mencari beasiswa.
Dari poin-poin diatas, kami berkesimpulan:
Keluarga praktisi homeschool punya kesempatan yang sangat luas untuk mengikuti ujian bertaraf internasional yang diakui dunia dengan biaya yang cukup lebih terjangkau dibandingkan jika masuk ke sekolah berkurikulum cambridge. Dengan demikian, pilihan ke universitas tidak perlu dibatasi hanya yang ada di dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Keluarga Indonesia lainnya yang menyekolahkan anak di sekolah biasa dan ingin anaknya punya sertifikasi cambridge tanpa masuk ke sekolah berkurikulum cambridge juga sangat terbuka.
Tantangan yang paling kelihatan saat ini adalah kemampuan bahasa Inggris anak-anak Indonesia dalam menjawab soal ujian cambridge, untuk itu kami kemarin juga berdiskusi mengenai apakah akan ada try out ujian Cambridge dan workshop bagaimana persiapan menghadapi ujian Cambridge ini. Jawaban yang kami dapat adalah: BELUM ADA, tapi Pak Denny bersedia adakan try out dengan syarat kami yang menyediakan tempat ujian dan minimal 10 anak dengan jenis ujian yang sama. Untuk workshop juga masih terbuka lebar.
Tantangan yang kedua adalah mungkin meningkatkan rasa percaya diri orangtua dan anak-anak homeschool bahwa kita semua MAMPU dan BISA mengikuti ujian internasional. Dan ini kami harapkan saling mendukung dan saling bahu membahu menuju kesana.
Terakhir, kami mengajak CIE UAI dan Pak Denny khususnya untuk “brainstorming” kepada orangtua baik yang sekolah maupun praktisi homeschool mengenai Cambridge dan bagaimana pelaksanaan ujian secara mandiri. Pak Denny sendiri sudah bersedia nih. Seru kan? ^_^
Maju terus pendidikan Indonesia!! ^_^
Berkunjung ke kantor perwakilan CIE di Universitas Al-Azhar Indonesia
Posted on Dec 16, 2011 by wietski 1 Comment
Akhir-akhir ini, kami mendengar berita yang kurang menyenangkan bagi para praktisi homeschool mengenai kemungkinan adanya persyaratan mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikasi (ijasah) nasional yang memberatkan anak-anak pembelajar mandiri yang tidak ikut pendidikan formal maupun nonformal. Sambil menunggu angin segar perubahan kebijakan langkah-langkah mengikuti ujian nasional yang lebih baik, kami berempat (saya, mbak mella, mbak lala, dan mbak mira) memutuskan untuk mencari alternatif lain, salah satunya dengan mengunjungi kantor perwakilan Cambridge International Examination (CIE) Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bagi yang belum tahu apa itu CIE, CIE adalah ujian internasional untuk mendapatkan sertifikasi (ijasah). Kalau dilihat dari situsnya, www.cie.org.uk, misi lembaga ini adalah untuk mewujudkan pendidikan internasional kelas dunia melalui kurikulum, ujian/assessment, dan pelayanan.
Sertifikasi yang dikeluarkan cambridge bertaraf internasional dan diakui dunia. Ujian yang disediakan setingkat dengan SD, SMP, dan SMA. Selain itu, kurikulum cambridge sendiri bisa didownload gratis disitusnya, dan buku-buku pelajaran yang menggunakan kurikulum cambridge bisa dibeli di toko buku yang menjadi distributornya, salah satunya Mentari Books yang ada di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Mungkin semua sudah mengetahui bahwa semakin banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang kemudian menggunakan kurikulum Cambridge dan mengurus ujiannya dengan bekerja sama dengan CIE UAI. Pertanyaan kami tentu saja, bagaimana dengan praktisi Homeschool?? Intinya hari itu, kami ingin memastikan peluang dan alternatif keluarga praktisi homeschool untuk mengikuti ujian sertifikasi Cambridge.
Tiba disana jam 11.30, kami diterima dengan senang hati oleh Bapak Denny Azhari meski rame-rame dengan pasukannya masing-masing (kami bawa anak-anak kami ikut serta). Setelah berbincang-bincang, berikut ini kesimpulan yang kami dapat:
1.Saat ini CIE UAI menyediakan ujian level SD (primary) dan SMA. SMP masih diurus perizinannya, meskipun menurut Pak Denny sebenarnya tanggung kalau ingin ujian SMP, lebih baik langsung SMA saja.
2. Untuk ikut ujian Cambridge, bisa daftar perorangan, tidak dibatasi usia dan bisa langsung ambil di level mana saja (SD/SMA). Sistemnya sama seperti ujian TOEFL/IELTS yang bisa diikuti siapa saja tanpa ada persyaratan raport atau ijasah pendidikan sebelumnya.
3.Ujian diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Mei-Juni (pendaftaran Desember-Februari) dan Oktober-November (pendaftaran bulan Juli-Agustus)
4. Biaya yang harus dikeluarkan oleh orangtua adalah biaya pendaftaran (400rb), biaya administrasi (450rb/subyek), dan biaya ujian.
5. Untuk ujian level SD (primary), yang diujikan adalah 3 mata pelajaran, matematika, sains dan bahasa Inggris dengan biaya Rp 750.000 (all in)
6. Ujian untuk level SD harus diambil satu paket/sekaligus 3 mata pelajaran tersebut dalam satu waktu.
7.Hasil dari ujian level SD ini mirip seperti STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau hasil ujian TOEFL/IELTS dan jika diperlukan bisa dipakai untuk mendaftar ke SMP di Indonesia yang menggunakan kurikulum cambridge atau RSBI.
8. Ujian level SD ini tidak ada hubungannya dengan ujian level SMP atau SMA, artinya bukan persyaratan yang harus diambil sebelum ikut ujian level SMP/SMA.
9. Untuk ujian level SMA, ada 4 yaitu:
Ujian IGCSE Rp 825.000 (dibayar per subject hanya untuk IGCSE)
Ujian O Level Rp 525.000 (dibayar per subject hanya untuk O Level)
Ujian AS Level Rp 650.000 (dibayar per subject hanya untuk AS Level)
Ujian A Level Rp 925.000 (dibayar per subject hanya untuk A Level)
11. CIE juga ada ujian praktikum di level SMA untuk kimia, biologi, dan fisika dengan biaya Rp 1.000.000 per-subyek.
12. Perbedaan diantara ujian-ujian tersebut adalah tergantung pada universitas yang dituju, sehingga calon siswa diminta untuk secara spesifik mencari tahu ke universitas tersebut atau melihat ke situsnya (untuk universitas di Indonesia belum terupdate), termasuk mengenai subyek apa saja yang ingin diujikan.
13. Ujian untuk level SMA berdasarkan persubyek dan bisa dicicil/diujikan terpisah waktunya tergantung kebutuhan dan permintaan dari universitas yang dituju.
14. Saat ini sudah semakin banyak universitas di Indonesia yang menerima hasil ujian CIE sebagai persyaratan administrasi pengganti ijasah nasional untuk mengikuti ujian masuk Perguruan Tinggi. Hanya saja, daftar universitas mana saja belum terupdate di situs CIE, sehingga harus ditanyakan langsung ke universitas yang bersangkutan, atau bisa dengan bapak Denny. Kemarin saat kami berkunjung, yang disebut oleh pak Denny diantaranya adalah UI, ITB, UNIBRAW, UAI, UPH, Binus.
15. Selain universitas di Indonesia, tentunya juga bisa dipakai untuk melamar ke universitas-universitas di luar negeri (daftarnya di situsnya), dan juga sebagai alat untuk mencari beasiswa.
Dari poin-poin diatas, kami berkesimpulan:
Keluarga praktisi homeschool punya kesempatan yang sangat luas untuk mengikuti ujian bertaraf internasional yang diakui dunia dengan biaya yang cukup lebih terjangkau dibandingkan jika masuk ke sekolah berkurikulum cambridge. Dengan demikian, pilihan ke universitas tidak perlu dibatasi hanya yang ada di dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Keluarga Indonesia lainnya yang menyekolahkan anak di sekolah biasa dan ingin anaknya punya sertifikasi cambridge tanpa masuk ke sekolah berkurikulum cambridge juga sangat terbuka.
Tantangan yang paling kelihatan saat ini adalah kemampuan bahasa Inggris anak-anak Indonesia dalam menjawab soal ujian cambridge, untuk itu kami kemarin juga berdiskusi mengenai apakah akan ada try out ujian Cambridge dan workshop bagaimana persiapan menghadapi ujian Cambridge ini. Jawaban yang kami dapat adalah: BELUM ADA, tapi Pak Denny bersedia adakan try out dengan syarat kami yang menyediakan tempat ujian dan minimal 10 anak dengan jenis ujian yang sama. Untuk workshop juga masih terbuka lebar.
Tantangan yang kedua adalah mungkin meningkatkan rasa percaya diri orangtua dan anak-anak homeschool bahwa kita semua MAMPU dan BISA mengikuti ujian internasional. Dan ini kami harapkan saling mendukung dan saling bahu membahu menuju kesana.
Terakhir, kami mengajak CIE UAI dan Pak Denny khususnya untuk “brainstorming” kepada orangtua baik yang sekolah maupun praktisi homeschool mengenai Cambridge dan bagaimana pelaksanaan ujian secara mandiri. Pak Denny sendiri sudah bersedia nih. Seru kan? ^_^
Maju terus pendidikan Indonesia!! ^_^
December 14, 2011
Belajar Dirumah namun bisa Ikutan UN di sekolah formal
Sebenarnya hal ini sudah ada yang melakukan namun belum banyak
Ada beberapa sekolah yang menerima anak-anak sekolah rumah untuk ikut ujian
di sekolah formal.
Teknisnya ya sesuai aturan harus mengajukan mutasi dari pend In formal ke Formal
semoga berita ini semakin bisa membuka kesempatan yang ingin mendapatkan ijasah sebagaiman anak formal.
JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak sekolah rumah usia sekolah mulai tahun 2012 diarahkan secara bertahap untuk ikut ujian nasional sekolah formal. Selama ini, siswa sekolah rumah mengikuti ujian nasional kesetaraan Paket A, B, dan C atau setara SD, SMP, dan SMA untuk mendapat ijazah sesuai jenjang pendidikan.
"Pendidikan di sekolah rumah juga berkualitas. Sebenarnya, pemerintah mau supaya anak-anak usia sekolah belajar di sekolah formal. Tetapi memang ada anak-anak usia sekolah yang memilih homeschooling. Hak anak-anak ini juga mesti dilindungi," kata Didik Suhardi, Direktur Pembinaan SMP, Ditjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Senin (12/12/2011).
Belum lama ini, Ditjen Pendidikan Dasar Kemendikbud mengeluarkan aturan yang menghambat anak-anak sekolah rumah atau homeschooling jenjang SMP untuk ikut ujian nasional kesetaraan Paket B. Siswa yang boleh ikut ujian kesetaraan Paket B harus berusia minimal 18 tahun atau boleh di bawah 18 tahun asal sudah berkeluarga atau pernah menikah.
Kebijakan tersebut tentu saja merugikan anak-anak homeschooling usia sekolah di jenjang SMP. Sebab, kebijakan pemerintah soal pendidikan informal mengatur penyetaraan hasil belajar anak-anak homeschooling lewat ujian nasional kesetaraan.
Menurut Didik, sayang jika anak-anak homeschooling usia sekolah yang mendapat layanan pendidikan yang kualitasnya seperti sekolah formal hanya mendapat ijazah Paket A, B, atau C. Dengan adanya kebijakan baru yang bakal dilakukan secara bertahap, anak-anak homeschooling usia sekolah nantinya bisa ikut ujian nasional di sekolah formal.
"Memang masih perlu dibahas lebih lanjut cara mengkonversi hasil belajar siswa sekolah rumah yang bisa diterima sekolah formal. Nanti, sekolah formal harus terbuka untuk bisa menerima anak-anak sekolah rumah yang hendak bergabung untuk ikut UN sekolah formal," kata Didik.
Munasprianto Ramli dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena), mengatakan selama ini memang ada anak-anak homeschooling yang ikut UN sekolah formal. Tetapi selama ini dilakukan secara diam-diam sehingga berkesan ilegal. Tidak semua pimpinan sekolah terbuka untuk menerima anak-anak homeschooling terdaftar di sekolahnya. Akhirnya, banyak anak-anak sekolah rumah yang pilih UN kesetaraan, ujar Munasprianto.
Menurut Munasprianto, sudah saatnya di Indonesia ada sekoalh payung bagi anak-anak homeschooling. Anak-anak usia sekolah tetap belajar lewat jalur sekolah rumah, namun sesekali bisa bergabung belajar di sekolah reguler dan ikut UN sekolah formal.
Munasprianto menambahkan anak-anak homeschooling usia sekolah sebenarnya selama ini dirugikan jika hanya boleh ikut UN kesetraan. Pasalnya, pelaksanaan UN kesetaraan sering berubah-ubah dan pengumuman kelulusan sering terlambat.
"Akibatnya, anak-anak homeschooling tidak bisa daftar sekolah atau kampus di tahun ajaran yang sama karena penyelenggaraan UN kesetaraan setelah UN formal," kata Munasprianto.
Sumber
http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/12/15585312/siswa.sekolah.rumah.ikut.un.formal
Ada beberapa sekolah yang menerima anak-anak sekolah rumah untuk ikut ujian
di sekolah formal.
Teknisnya ya sesuai aturan harus mengajukan mutasi dari pend In formal ke Formal
semoga berita ini semakin bisa membuka kesempatan yang ingin mendapatkan ijasah sebagaiman anak formal.
JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak sekolah rumah usia sekolah mulai tahun 2012 diarahkan secara bertahap untuk ikut ujian nasional sekolah formal. Selama ini, siswa sekolah rumah mengikuti ujian nasional kesetaraan Paket A, B, dan C atau setara SD, SMP, dan SMA untuk mendapat ijazah sesuai jenjang pendidikan.
"Pendidikan di sekolah rumah juga berkualitas. Sebenarnya, pemerintah mau supaya anak-anak usia sekolah belajar di sekolah formal. Tetapi memang ada anak-anak usia sekolah yang memilih homeschooling. Hak anak-anak ini juga mesti dilindungi," kata Didik Suhardi, Direktur Pembinaan SMP, Ditjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Senin (12/12/2011).
Belum lama ini, Ditjen Pendidikan Dasar Kemendikbud mengeluarkan aturan yang menghambat anak-anak sekolah rumah atau homeschooling jenjang SMP untuk ikut ujian nasional kesetaraan Paket B. Siswa yang boleh ikut ujian kesetaraan Paket B harus berusia minimal 18 tahun atau boleh di bawah 18 tahun asal sudah berkeluarga atau pernah menikah.
Kebijakan tersebut tentu saja merugikan anak-anak homeschooling usia sekolah di jenjang SMP. Sebab, kebijakan pemerintah soal pendidikan informal mengatur penyetaraan hasil belajar anak-anak homeschooling lewat ujian nasional kesetaraan.
Menurut Didik, sayang jika anak-anak homeschooling usia sekolah yang mendapat layanan pendidikan yang kualitasnya seperti sekolah formal hanya mendapat ijazah Paket A, B, atau C. Dengan adanya kebijakan baru yang bakal dilakukan secara bertahap, anak-anak homeschooling usia sekolah nantinya bisa ikut ujian nasional di sekolah formal.
"Memang masih perlu dibahas lebih lanjut cara mengkonversi hasil belajar siswa sekolah rumah yang bisa diterima sekolah formal. Nanti, sekolah formal harus terbuka untuk bisa menerima anak-anak sekolah rumah yang hendak bergabung untuk ikut UN sekolah formal," kata Didik.
Munasprianto Ramli dari Divisi Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena), mengatakan selama ini memang ada anak-anak homeschooling yang ikut UN sekolah formal. Tetapi selama ini dilakukan secara diam-diam sehingga berkesan ilegal. Tidak semua pimpinan sekolah terbuka untuk menerima anak-anak homeschooling terdaftar di sekolahnya. Akhirnya, banyak anak-anak sekolah rumah yang pilih UN kesetaraan, ujar Munasprianto.
Menurut Munasprianto, sudah saatnya di Indonesia ada sekoalh payung bagi anak-anak homeschooling. Anak-anak usia sekolah tetap belajar lewat jalur sekolah rumah, namun sesekali bisa bergabung belajar di sekolah reguler dan ikut UN sekolah formal.
Munasprianto menambahkan anak-anak homeschooling usia sekolah sebenarnya selama ini dirugikan jika hanya boleh ikut UN kesetraan. Pasalnya, pelaksanaan UN kesetaraan sering berubah-ubah dan pengumuman kelulusan sering terlambat.
"Akibatnya, anak-anak homeschooling tidak bisa daftar sekolah atau kampus di tahun ajaran yang sama karena penyelenggaraan UN kesetaraan setelah UN formal," kata Munasprianto.
Sumber
http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/12/15585312/siswa.sekolah.rumah.ikut.un.formal
December 13, 2011
UCAPAN SELAMAT
Meski ada yang sempat mengulang
karena tidak lulus pada ujian Juni 2011 Lalu
Akhirnya semuanya bisa LULUS
pada ujian Oktober 2011
Selamat Kepada :
Fransisco Kevin, William, Andrea Suyanto, Nico Moeljotanto
Melly B, Bhaga Aninditatama, Annisa Ayu laras Atika, M. Ya'Qub, S. Choiriyah
Arief Ridwan, Bill Hartanto, Adinda Az, Nabil Achmad F
Salam Dahsyat...!!!
December 12, 2011
Siswa Sekolah Rumah Dipersulit Ikut Ujian Kesetaraan
JAKARTA, KOMPAS.com- Anak-anak usia belajar di jenjang SMP yang memilih sekolah rumah atau homeschooling dipersulit untuk ikut ujian nasional kesetaraan program Paket B atau setara SMP. Pasalnya, syarat peserta ujian kesetaraan Paket B yang diperbolehkan pemerintah berusia di atas 18 tahun atau boleh di bawah usia 18 tahun asal sudah berkeluarga atau pernah menikah.
Peraturan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu dinilai diskriminatif terhadap anak-anak sekolah rumah. Padahal, pilihan untuk menjalankan pendidikan informal seperti sekolah rumah diakui di Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Budi Trikorayanto, Sekretaris Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) di Jakarta, Minggu (11/12/2011), mengatakan, di dalam UU Sisdiknas diatur bahwa penyetaraan peserta pendidikan informal dengan mengikuti ujian kesetaraan Paket A (SD), B (SMP), dan C (SMA/SMK). Anak-anak yang memilih jalur pendidikan informal lewat sekolah rumah tunggal atau komunitas umumnya anak-anak usia belajar dari kalangan mampu dan keluarga miskin.
"Aneh, jika pemerintah mempersulit anak-anak usia belajar di homeschooling untuk ikut ujian kesetaraan, terutama Paket B. Hak anak-anak untuk memilih pendidikan di jalur sekolah rumah justru dikebiri lewat aturan-aturan yang menggiring mereka hanya bersekolah di sekolah formal," ujar Budi.
Erlina VF Ratu, Ketua Komunitas Sekolah Rumah Pelangi di Tangerang, mengatakan, anak-anak sekolah rumah yang ingin mendapatkan pendidikan terbaik di jalur pendidikan informal terus saja didiskriminasi. "Masa anak-anak sekolah rumah sekolah rumah usia SMP mesti kawin dulu baru boleh ikut ujian kesetaraan Paket B? Kebijakan ini justru merugikan program wajib belajar yang harus dilaksanakan dan dilindungi pemerintah karena amanat konstitusi," kata Erlina.
Ternyata tulisan ini cukup ampuh untuk menggerakkan DIRJEN yang mengundang untuk ketemu dalam rangka kebijakan yang lebih berpihak pada pendidikan Informal....
Thanks teman-teman atas upaya ini
Salam Dasyat
December 11, 2011
Aturan Tentang Pendidikan Informal Th 2010
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pada no ini masih ada :
39. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pada halaman 95 ada Bab seperti ini
BAB V
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INFORMAL
Pasal 116
Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pasal 117
(1) Hasil pendidikan informal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan nonformal dan formal setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui:
a. Uji kesetaraan yang berlaku bagi peserta didik pendidikan nonformal sebagaimana diatur dalam Pasal 115; dan
b. Uji kesetaraan yang diatur dengan Peraturan Menteri untuk hasil pendidikan informal lain yang berada di luar lingkup ketentuan dalam Pasal 115.
Setahu saya belum ada yang mengganti aturan ini...,
tapi bila ada yang lebih tahu mohon bisa menambahkan..
salam dahsyat
NOMOR 17 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pada no ini masih ada :
39. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pada halaman 95 ada Bab seperti ini
BAB V
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INFORMAL
Pasal 116
Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pasal 117
(1) Hasil pendidikan informal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan nonformal dan formal setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui:
a. Uji kesetaraan yang berlaku bagi peserta didik pendidikan nonformal sebagaimana diatur dalam Pasal 115; dan
b. Uji kesetaraan yang diatur dengan Peraturan Menteri untuk hasil pendidikan informal lain yang berada di luar lingkup ketentuan dalam Pasal 115.
Setahu saya belum ada yang mengganti aturan ini...,
tapi bila ada yang lebih tahu mohon bisa menambahkan..
salam dahsyat
Pilihan juga mengandung resiko..!!
Banyak orang tua akan bangga dengan kemampuan anaknya
Banyak orang tua juga akan bangga saat anaknya masuk di sekolah favorit
Banyak orang tua yang berupaya dengan segala cara untuk bisa masuk jalur akselerasi
Padahal tidak semua anak-anak mereka sebangga sebagaimana ortunya.
Pada beberapa saat yang lalu ada anak yang mengalami tekanan disekolah,
Orang tua sudah berupaya, begitu juga guru-gurunya, ternyata
jalur akselearsi yang dia lalui itu bukan menjadi kehendaknya meski IQ 133,
namun lebih karena upaya dan keinginan orang tuanya.
akhirnya sianak bisa menemukan model belajar yang dia suka.. dan selesai tepat sesuai waktunya.
Pada cerita yang lain Pesantren adalah salah satu tempat yang juga baik untuk pendidikan anak-anak kita.., berbagai ragam pesantren yang ada di Jawa ini,
ada pengelola yang sudah profesional, juga ada beberapa pesantren kecil yang
santrinya juga tidak banyak.
Orang tua kadang berharap Sangat berharap besar saat memilihkan pendidikan Akademis plus agamanya di salah satu pesantrean favorit yg mungkin sudah di survey terlebih dahulu ataupun kadang dari rekomendasi teman, namun saat seorang anak yang dalam kondisi terpaksa dan dipakasa untuk tinggal di pesantren, tentu ini juga bisa berdampak kurang baik.
Saat keluar.. ternyata mereka ada kebebasan yang tidak ada selama ini, sehingga
kebebasan tersebut mengakibatkan menjurus pada hal yang tidak manfaat.
Satu lagi saat 2 tahun lalu datang seorang anak yang pandai.. dengan bekal nilai-
nilai yang bagus disekolahnya dan beasiswa yang dapat dia raih dari Belanda..
Pergaulan remaja menghantarkan dia harus keluar dari sekolah favorit di kotanya,
Ibunya dan ayahnya hanyalah seorang buruh kasar, tentunya sangat kerepotan mengawal
sianak yang sudah mulai puber dan mengenal teknologi canggih,
hari-hari dilewati dengan hal yang kurang tepat, meski biaya sekolah dan lain-lain
sudah diupayakan gratis dan dibimbing oleh beberapa pendamping belajar, namun akhirnya juga tidak bisa selesai kegiatan belajarnya.
beberapa kasus diatas.. adalah mengungkapkan betapa penting peran orang tua dalam mengawal anak-anak mereka Sekolah yang bagus bukan jaminan membuat anak senang, Pesantrenpun demikian, Kepandaian anakpun juga menjadi mubadzir bila ternyata orang tua tidak bisa mengawalnya..
Demikian juga dengan kegiatan belajar mandiri, sekolah rumah dll. saat kita melakukanya dengan asal-asalan tentunya dampaknya akan berbeda bila kita melakukannya dengan konsep yang jelas dan anak-anak bisa melakukannya dengan nyaman tanpa suatu paksaan.
Tidak ada yang bisa menjamin Sekolah hebat akan menghasilkan anak yg juga hebat, demikian juga Tidak juga jaminan anak sekolah rumah juga akan sukses.. !!
Mau pilih sekolah ataupun tidak sekolah.... yang terpenting bagaimana kita bisa senantiasa mengawal anak-anak dengan memberikan bekal yang terbaik untuk dia yang tentunya bisa bermanfaat kelak dikemudian hari.
Ada yang berpesan " Janganlah anda jadi OTBK (Orang Tua Berkebutuhan khusus..! ) yang suka memaksakan kehendak pada anak-anaknya tanpa memperdulikan proses alami yang ada pada diri si anak
Anak juga punya Hak, anak juga ingin bersuara dan suara mereka juga ingin didengar..
Salam Dahsyat semoha bermanfaat
Banyak orang tua juga akan bangga saat anaknya masuk di sekolah favorit
Banyak orang tua yang berupaya dengan segala cara untuk bisa masuk jalur akselerasi
Padahal tidak semua anak-anak mereka sebangga sebagaimana ortunya.
Pada beberapa saat yang lalu ada anak yang mengalami tekanan disekolah,
Orang tua sudah berupaya, begitu juga guru-gurunya, ternyata
jalur akselearsi yang dia lalui itu bukan menjadi kehendaknya meski IQ 133,
namun lebih karena upaya dan keinginan orang tuanya.
akhirnya sianak bisa menemukan model belajar yang dia suka.. dan selesai tepat sesuai waktunya.
Pada cerita yang lain Pesantren adalah salah satu tempat yang juga baik untuk pendidikan anak-anak kita.., berbagai ragam pesantren yang ada di Jawa ini,
ada pengelola yang sudah profesional, juga ada beberapa pesantren kecil yang
santrinya juga tidak banyak.
Orang tua kadang berharap Sangat berharap besar saat memilihkan pendidikan Akademis plus agamanya di salah satu pesantrean favorit yg mungkin sudah di survey terlebih dahulu ataupun kadang dari rekomendasi teman, namun saat seorang anak yang dalam kondisi terpaksa dan dipakasa untuk tinggal di pesantren, tentu ini juga bisa berdampak kurang baik.
Saat keluar.. ternyata mereka ada kebebasan yang tidak ada selama ini, sehingga
kebebasan tersebut mengakibatkan menjurus pada hal yang tidak manfaat.
Satu lagi saat 2 tahun lalu datang seorang anak yang pandai.. dengan bekal nilai-
nilai yang bagus disekolahnya dan beasiswa yang dapat dia raih dari Belanda..
Pergaulan remaja menghantarkan dia harus keluar dari sekolah favorit di kotanya,
Ibunya dan ayahnya hanyalah seorang buruh kasar, tentunya sangat kerepotan mengawal
sianak yang sudah mulai puber dan mengenal teknologi canggih,
hari-hari dilewati dengan hal yang kurang tepat, meski biaya sekolah dan lain-lain
sudah diupayakan gratis dan dibimbing oleh beberapa pendamping belajar, namun akhirnya juga tidak bisa selesai kegiatan belajarnya.
beberapa kasus diatas.. adalah mengungkapkan betapa penting peran orang tua dalam mengawal anak-anak mereka Sekolah yang bagus bukan jaminan membuat anak senang, Pesantrenpun demikian, Kepandaian anakpun juga menjadi mubadzir bila ternyata orang tua tidak bisa mengawalnya..
Demikian juga dengan kegiatan belajar mandiri, sekolah rumah dll. saat kita melakukanya dengan asal-asalan tentunya dampaknya akan berbeda bila kita melakukannya dengan konsep yang jelas dan anak-anak bisa melakukannya dengan nyaman tanpa suatu paksaan.
Tidak ada yang bisa menjamin Sekolah hebat akan menghasilkan anak yg juga hebat, demikian juga Tidak juga jaminan anak sekolah rumah juga akan sukses.. !!
Mau pilih sekolah ataupun tidak sekolah.... yang terpenting bagaimana kita bisa senantiasa mengawal anak-anak dengan memberikan bekal yang terbaik untuk dia yang tentunya bisa bermanfaat kelak dikemudian hari.
Ada yang berpesan " Janganlah anda jadi OTBK (Orang Tua Berkebutuhan khusus..! ) yang suka memaksakan kehendak pada anak-anaknya tanpa memperdulikan proses alami yang ada pada diri si anak
Anak juga punya Hak, anak juga ingin bersuara dan suara mereka juga ingin didengar..
Salam Dahsyat semoha bermanfaat
December 6, 2011
Anak Sindrom Tourett yg berjuang di UN
Kalau kita pernah membaca FRONT of THE CLASS , yaitu kisah sukses seorang guru penderita sindrom tourett mungkin kita bisa lebih bersemangat...
ada kutipan seperti ini " aku ingin menjadi guru hebat yang tak pernah kumiliki selama ini, Aku ingin menjadi sosok panuntan yang baik dan penuh perhatian bagi anak-anak dan dapat mendatangkan perubahan positif dalam hidup mereka "
Buku yang diberikan salah satu orang tua yang ber sinergi dengan kami untuk mengawal anaknya yang mengalami Sindrom tourett.
Seorang anak yang datang dari luar pulau karena harus keluar dari sekolah SMP nya yang merasa terganggu karena aktifitasnya, Anak seperti ini biasanya memiliki ciri : keluar suara, bergerak gerak yang terus menerus seperti menghentak dan ada kecenderungan usil.
Dari sisi kemampuan Akademisnya... biasa anak seperti di bawah rata-rata.
Kecenderungan pertanyaan yang suka diulang-ulang menjadi kebosanan teman bahkan guru yang membimbingnya.
Pada proses kegiatan belajar.. si anak agak kurang fokus dan selalu berbicara atau bercerita.. ,
Namun Alhamdulilah ada kelebihan yg dia miliki... keberanian dan Pd yang luar bisasa kami coba untuk bisa mengoptimalkan potensinya menjadi suatu kekuatan yang kelak akan bisa menghantarnya menjadi pribadi yang mandiri.
oh ya.. bagaimana persiapan yang dia lakukan untuk menghadapi UN ...?
Meski kadang agak susah mengawal dia untuk belajar materi UN.., tapi teman - teman yang mendampingin terus sabar mengawal dan memotivasi untuk belajar.
Di rumahpun Orang tua menyiapkan pendamping belajar...yang tenyunya juga harus memiliki kesabaran yang lebih.
kecenderungan mengajak berceria tentang hal lain selalu dilakukan saat pembahasan
beberapa materi yang akan di ujikan.
Anak seperti ini biasanya mengkosumsi obat khusus untuk mengurangi gerakannya.., namun ternyata ada dampak lain yang muncul saat anak iniminum obat tsb.., biasanya dia akan cepat ngantuk an.. dan saat belajarpun dia terlihat ngantuk berat.
Anak ini tidak mau merasa dikasiani, tapi yang terpenting dia ingin diberi kesempatan dia bisa melakukan suatu hal.
Dengan keyakinan bahwa dia bisa melewati ujian yang akan dia hadapi..., kamipun bersama orang tua mencoba memberikan yang terbaik dalam menjadi teman belajar dalam persiapan ujiannya.
Anak Berkebutuhan khusus..., bukanlah produk Allah yang gagal, karena Allah tidak pernah gagal dalam menciptakan sesuatu hal, jadi keyakinan kita bahwa dia pasti memiliki potensi yang kita harapkan menjadi sarana untuk mencapai hal yang bermanfaat kelak , sebagaimana menjalani ujian Nasional ini.
Saat ujian pertama tahun 2010... dia tetap kita ikut sertakan ujian sebagaimana anak-anak pada umumnya... dan saat pengumuman... diperoleh dia Gagal lulus.. dgn nilai hanya kurang 0,25 dari rata-rata ketentuan kelululsan.
Maka saat ujian ke 2 pada beberapa bulan setelahnya kita mencoba membantu mempersiapkan lebih baik lagi, dan Alahamdulillah kegagalan pertama membuat dia lebih bersemangat lagi untuk berbuat yang terbaik.
Akhirnya supoort Orang Tua dan beberapa teman-teman, pada ujian yang ke 2 dia berhasil lulus... dari Paket B.... hasil perjuangannya sendiri.
Sekarang keluarganya telah pindah dari Pulau yang paling di minati di negeri ini ke Kota Malang demi kelangsungan kegiatan belajar anaknya..
Tiada hal yang tidak bisa kita lewati bila kita selalu berupaya
dan setiap anak selalu memiliki potensi yang itu bisa membuatnya bangkit
untuk menjadi lebih baik
Semoga sedikit ini bisa bermanfaat
Salam Dahsyat...!!
ada kutipan seperti ini " aku ingin menjadi guru hebat yang tak pernah kumiliki selama ini, Aku ingin menjadi sosok panuntan yang baik dan penuh perhatian bagi anak-anak dan dapat mendatangkan perubahan positif dalam hidup mereka "
Buku yang diberikan salah satu orang tua yang ber sinergi dengan kami untuk mengawal anaknya yang mengalami Sindrom tourett.
Seorang anak yang datang dari luar pulau karena harus keluar dari sekolah SMP nya yang merasa terganggu karena aktifitasnya, Anak seperti ini biasanya memiliki ciri : keluar suara, bergerak gerak yang terus menerus seperti menghentak dan ada kecenderungan usil.
Dari sisi kemampuan Akademisnya... biasa anak seperti di bawah rata-rata.
Kecenderungan pertanyaan yang suka diulang-ulang menjadi kebosanan teman bahkan guru yang membimbingnya.
Pada proses kegiatan belajar.. si anak agak kurang fokus dan selalu berbicara atau bercerita.. ,
Namun Alhamdulilah ada kelebihan yg dia miliki... keberanian dan Pd yang luar bisasa kami coba untuk bisa mengoptimalkan potensinya menjadi suatu kekuatan yang kelak akan bisa menghantarnya menjadi pribadi yang mandiri.
oh ya.. bagaimana persiapan yang dia lakukan untuk menghadapi UN ...?
Meski kadang agak susah mengawal dia untuk belajar materi UN.., tapi teman - teman yang mendampingin terus sabar mengawal dan memotivasi untuk belajar.
Di rumahpun Orang tua menyiapkan pendamping belajar...yang tenyunya juga harus memiliki kesabaran yang lebih.
kecenderungan mengajak berceria tentang hal lain selalu dilakukan saat pembahasan
beberapa materi yang akan di ujikan.
Anak seperti ini biasanya mengkosumsi obat khusus untuk mengurangi gerakannya.., namun ternyata ada dampak lain yang muncul saat anak iniminum obat tsb.., biasanya dia akan cepat ngantuk an.. dan saat belajarpun dia terlihat ngantuk berat.
Anak ini tidak mau merasa dikasiani, tapi yang terpenting dia ingin diberi kesempatan dia bisa melakukan suatu hal.
Dengan keyakinan bahwa dia bisa melewati ujian yang akan dia hadapi..., kamipun bersama orang tua mencoba memberikan yang terbaik dalam menjadi teman belajar dalam persiapan ujiannya.
Anak Berkebutuhan khusus..., bukanlah produk Allah yang gagal, karena Allah tidak pernah gagal dalam menciptakan sesuatu hal, jadi keyakinan kita bahwa dia pasti memiliki potensi yang kita harapkan menjadi sarana untuk mencapai hal yang bermanfaat kelak , sebagaimana menjalani ujian Nasional ini.
Saat ujian pertama tahun 2010... dia tetap kita ikut sertakan ujian sebagaimana anak-anak pada umumnya... dan saat pengumuman... diperoleh dia Gagal lulus.. dgn nilai hanya kurang 0,25 dari rata-rata ketentuan kelululsan.
Maka saat ujian ke 2 pada beberapa bulan setelahnya kita mencoba membantu mempersiapkan lebih baik lagi, dan Alahamdulillah kegagalan pertama membuat dia lebih bersemangat lagi untuk berbuat yang terbaik.
Akhirnya supoort Orang Tua dan beberapa teman-teman, pada ujian yang ke 2 dia berhasil lulus... dari Paket B.... hasil perjuangannya sendiri.
Sekarang keluarganya telah pindah dari Pulau yang paling di minati di negeri ini ke Kota Malang demi kelangsungan kegiatan belajar anaknya..
Tiada hal yang tidak bisa kita lewati bila kita selalu berupaya
dan setiap anak selalu memiliki potensi yang itu bisa membuatnya bangkit
untuk menjadi lebih baik
Semoga sedikit ini bisa bermanfaat
Salam Dahsyat...!!
December 5, 2011
Anak Homeschooling bisa Ujian di Sekolah Formal ?
Bagi yang banyak belum mengetahui
semoga ini bermanfaat
Kebijakan pemerintah sebenarnya banyak yang sudah mengatur dan bagaimana bisa melayani
masyarakat, meski juga banyak kebijakan yang masih harus mendapatkan perhatian untuk
diperbaiki atau disempurnakan.
Dalam melakukan Homeschooling ada beberapa keluarga yang masih menginginkan ijasah sebagai hasilakhir kegiatan belajarnya, dan saya pikir sebagian besar masih seperti itu.
Ada yang ingin mendapatkan ijasah dari Luar Negeri dan ada juga yang masih mengupayakan ijasah dari negeri sendiri.
Polemik tentang kenapa anak Hs kok ijasahnya paket C pun masih sering kita dengar, dan rata-rata hal ini yang membuat langkah para homschooler jadi bimbang, namun apakah tidak bisa anak Hs itu mendapatkan ijasah sebagaimana anak di sekolah FORMAL ? jawabnya adalah bisa...!!!
Terus bagaimana... caranya,,,?
Ada beberapa prosedur atau langkah yang bisa dilakukan :
1. bisa saja anak Hs mencari sekolah payung dan terdaftar di sekolah tsb, sejak dari
kelas 1 SD atau 1 SMP/SMA
2. Anak yang sudah melakukan Hs pada paling lambat 1 th sebelum ujian pindah jalur ke
sekolah formal. nanti akan dilakukan test penempatan...(ada aturan dr Pemerintah )
3. Anak bisa juga daftar 1 tahun sebelumnya ujian di Sekolah yang menjadi mitra dan
tetap belajar sebagai Hs, hingga pelaksanaan ujian nasional. ini juga menggunakan
surat mutasi.
Bagaimana biayanya.... , tentunya tiap-tiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda, biasanya sekolah tetap mengharuskan si siswa membayar biaya tertentu.. ada yang uang pangkal plus spp 1 tahun ( biasanya sekolah swasta) dan bila negeri mungkin juga punya kebijakan yang lain.
ini informasi bukan untuk nakut-nakuti....salam dahsyat
December 2, 2011
Kebimbangan saat Homeschooling
Moga bermanfaat..
Mulai maraknya Hs di tahun 2006 hingga 2007 menarik perhatian saya..
yang terus terang tidak puas dengan apa yang terjadi dalam dunia pendidikan di Negeri ini.
Bagaimana mungkin anak SD ditentukan kelulusannya hanya dengan 3 Bid studi
sementara bid. yg lain yg juga diajarkan tidak berpengaruh sama sekali saat
kelulusan. (waktu itu)
Belum lagi pelaksanaan UN sendiri yg sering masih tidak sesuai ... dengan hati
Pengalaman pribadi yg bekerja dengan tidak mengandalkan ijasah akhirnya
mendorong saya untuk membuat apa yang bisa sy buat.
Anak ke 2 kami mulai mengginjak usia Tk.., sementara kami kurang cocok dengan model Tk disekitar kami, akhirnya kami buat Tk sesuai dengan keinginan kami bersama beberapa teman-teman.
Segala keperluan kita buat simpel dan murah... dan kardus bekas menjadi hal yg sangat penting bagi media yg kita buat.
2 tahun nyaman anak kami bisa menikmati sekolah yg kita inginkan...
KEGELISAHAN pun timbul saat menginjak usia SD.. karena tidak mungkin saya buat SD yg tentunya gak semudah kayak buat TK.
Maka pada th 2006 sebuah buku Ummy yang diberikan oleh seorang sahabat baik kami, mulailah kami belajar apa itu belajar mandiri (belajar dirumah) ternyata pada artikel tersebut ada kisah Keluarga Vanda, Neno warisman dll.
Kamipun bingung harus bagaimana., karena saat itu tidak seperti sekarang yg tinggal buka Google dengan kata kunci sekolah rumah / Hs maka akan muncul banyak sekali informasi.
Saat itu hanya dengan keyakinan dan kemantapan hati.. bahwa saya harus lakukan yang terbaik bagi anak kami, maka dengan membuat proposal alakadarnya mungkin bisa juga disebut portofolio dan dilengkapi dengan beberapa kliping tentang Hs, maka saya menghadap ke Kepala Dinas Kota Malang.
Pertemuan tidak berjalan mulus tentunya, kami harus sabar menunggu dan ditolak oleh beberapa staf dibawahnya.
Hingga pada suatu saat Sms kamipun dibalas untuk bisa bertemu langsung dengan beliau.
Pertemuan yang tidak terlalu lama sekitar 15 menit (krn kesibukan Beliau) sudah cukup melegakan kami untuk melangkah..
Beliau hanya bilang " lakukan yg yakin Anda lakukan.. dan ini merupakan hal baru di Kota Malang, demi pendidikan anak sy harus bisa bantu, dan bila ada staf saya yang mempersulit.. tinggal sms saya...! " ini penyampaian lisan yang sungguh menjadi semangat kami.
Saya tidak mengenal Model School At Home, Cm, Unschooling dll. karena dunia internet saat itu masih belum merupakan bagian yang sering kami manfaatkan, meski untuk urusan kerja sdh saya manfaatkan sejak th 1994.
Kami jalan yang kami bisa... dan karena yg kami tahu setiap perjalanan pendidikan anak usia sekolah harus diketahui oleh Dinas Setempat, maka saat kami tanya kita harus lapor ke mana pak.. ?.. Kepala Dinaspun masih bingung masuk di bagian mana ? apa Pend Dasar (sebagaimana anak Formal) atau kesetaraan.
Yang terpenting bagi saya saat itu setiap yang kami lakukan dan berhubungan dengan perkembangan kegiatan belajar anak kami, baik saat ikut seminar di Jakarta atau di kota lain kami selalu laporkan pada Pak Kepala Dinas via SMS, dan gak terlalu berharap untuk dijawab atau dikomentari... dapat jawaban Okey / Bagus aja sudah membuat semangat kami bertambah.
Hingga pada saat launching HSKS dan peluncuran mobil berjalan Asahpena.. sy dikenalkan oleh mbak Ermalen derwita, Mas Aar dan Lala, Mbak Yanti, B yayah .. pertemuan yang sekejap saja cukup melegakan kami yang harus berangkat dan pulang Malang-jakarta dengan bis seadanya...(he he he ) Ingat .. kata Mbak lala waktu itu... wah maua jagain lumpur lapindo ya kok cepat-cepat balik ke Jawa Timur...!!!
Hingga kelas 3 kami terus konsisten dengan Hs kami meski menjadi bahan omongan tetangga dan keluarga besar kami... yg meragukan kegiatan kami..
Banyak teman kami di Malang juga akhirnya memilih sekolah formal saat usia menginjak SD.. , inipun tidak salah.. karena dalam pilihan ini perlu juga konsistensi akan hal yang telah diputuskan.
Kebimbangan akan muncul saat anda hanya ikut-ikutan Eforia..
Namun Kebimbangan akan bisa Anda lewati bila keputusan yang Anda buat merupakan keputusan Keluarga yang tentunya harus saling supoort antara Istri dan Suami serta kenyamanan anak kita dalam melakukannya.
Salam Dahsyat semoga sedikit bisa menambah semangat Anda..!!!
Mulai maraknya Hs di tahun 2006 hingga 2007 menarik perhatian saya..
yang terus terang tidak puas dengan apa yang terjadi dalam dunia pendidikan di Negeri ini.
Bagaimana mungkin anak SD ditentukan kelulusannya hanya dengan 3 Bid studi
sementara bid. yg lain yg juga diajarkan tidak berpengaruh sama sekali saat
kelulusan. (waktu itu)
Belum lagi pelaksanaan UN sendiri yg sering masih tidak sesuai ... dengan hati
Pengalaman pribadi yg bekerja dengan tidak mengandalkan ijasah akhirnya
mendorong saya untuk membuat apa yang bisa sy buat.
Anak ke 2 kami mulai mengginjak usia Tk.., sementara kami kurang cocok dengan model Tk disekitar kami, akhirnya kami buat Tk sesuai dengan keinginan kami bersama beberapa teman-teman.
Segala keperluan kita buat simpel dan murah... dan kardus bekas menjadi hal yg sangat penting bagi media yg kita buat.
2 tahun nyaman anak kami bisa menikmati sekolah yg kita inginkan...
KEGELISAHAN pun timbul saat menginjak usia SD.. karena tidak mungkin saya buat SD yg tentunya gak semudah kayak buat TK.
Maka pada th 2006 sebuah buku Ummy yang diberikan oleh seorang sahabat baik kami, mulailah kami belajar apa itu belajar mandiri (belajar dirumah) ternyata pada artikel tersebut ada kisah Keluarga Vanda, Neno warisman dll.
Kamipun bingung harus bagaimana., karena saat itu tidak seperti sekarang yg tinggal buka Google dengan kata kunci sekolah rumah / Hs maka akan muncul banyak sekali informasi.
Saat itu hanya dengan keyakinan dan kemantapan hati.. bahwa saya harus lakukan yang terbaik bagi anak kami, maka dengan membuat proposal alakadarnya mungkin bisa juga disebut portofolio dan dilengkapi dengan beberapa kliping tentang Hs, maka saya menghadap ke Kepala Dinas Kota Malang.
Pertemuan tidak berjalan mulus tentunya, kami harus sabar menunggu dan ditolak oleh beberapa staf dibawahnya.
Hingga pada suatu saat Sms kamipun dibalas untuk bisa bertemu langsung dengan beliau.
Pertemuan yang tidak terlalu lama sekitar 15 menit (krn kesibukan Beliau) sudah cukup melegakan kami untuk melangkah..
Beliau hanya bilang " lakukan yg yakin Anda lakukan.. dan ini merupakan hal baru di Kota Malang, demi pendidikan anak sy harus bisa bantu, dan bila ada staf saya yang mempersulit.. tinggal sms saya...! " ini penyampaian lisan yang sungguh menjadi semangat kami.
Saya tidak mengenal Model School At Home, Cm, Unschooling dll. karena dunia internet saat itu masih belum merupakan bagian yang sering kami manfaatkan, meski untuk urusan kerja sdh saya manfaatkan sejak th 1994.
Kami jalan yang kami bisa... dan karena yg kami tahu setiap perjalanan pendidikan anak usia sekolah harus diketahui oleh Dinas Setempat, maka saat kami tanya kita harus lapor ke mana pak.. ?.. Kepala Dinaspun masih bingung masuk di bagian mana ? apa Pend Dasar (sebagaimana anak Formal) atau kesetaraan.
Yang terpenting bagi saya saat itu setiap yang kami lakukan dan berhubungan dengan perkembangan kegiatan belajar anak kami, baik saat ikut seminar di Jakarta atau di kota lain kami selalu laporkan pada Pak Kepala Dinas via SMS, dan gak terlalu berharap untuk dijawab atau dikomentari... dapat jawaban Okey / Bagus aja sudah membuat semangat kami bertambah.
Hingga pada saat launching HSKS dan peluncuran mobil berjalan Asahpena.. sy dikenalkan oleh mbak Ermalen derwita, Mas Aar dan Lala, Mbak Yanti, B yayah .. pertemuan yang sekejap saja cukup melegakan kami yang harus berangkat dan pulang Malang-jakarta dengan bis seadanya...(he he he ) Ingat .. kata Mbak lala waktu itu... wah maua jagain lumpur lapindo ya kok cepat-cepat balik ke Jawa Timur...!!!
Hingga kelas 3 kami terus konsisten dengan Hs kami meski menjadi bahan omongan tetangga dan keluarga besar kami... yg meragukan kegiatan kami..
Banyak teman kami di Malang juga akhirnya memilih sekolah formal saat usia menginjak SD.. , inipun tidak salah.. karena dalam pilihan ini perlu juga konsistensi akan hal yang telah diputuskan.
Kebimbangan akan muncul saat anda hanya ikut-ikutan Eforia..
Namun Kebimbangan akan bisa Anda lewati bila keputusan yang Anda buat merupakan keputusan Keluarga yang tentunya harus saling supoort antara Istri dan Suami serta kenyamanan anak kita dalam melakukannya.
Salam Dahsyat semoga sedikit bisa menambah semangat Anda..!!!
November 30, 2011
Unschooling bersama Keluarga Yudi Ariyanto
Apa sih UNSCHOOLING itu... ?
Uschooling itu adalah suatu cara... dan dalam homeschooling itu ada kutub yang berbeda (ekstrim), ada School At Home (sekolah di rumah) yg terstruktur banget dalam hs nya... dan ada di kutub yg lain ada Uschooling yang tidak butuh Kurikulum, tutor dan membiarkan anak belajar apa yang ia inginkan.., anak tidak diarahkan belajar apa anak silahkan memilih belajar apa yang dia inginkan..
diantara 2 kutub ini ada banyak metode seperti Unit studi, CM dll.
Mulai Usia berapa dan bagaimana sih caranya ?
Gerakan membiarkan anak berkembang sebagaimana manusia normal diusia tertentu anak ingin bermain biarkan dia bermain.. sampai usia 15 th dia masih suka main biarkan ia bermain tidak masalah bagi kami , yang utama bagaimana kita menjadi Roler model bagi sianak, ketika sianak melihat model orang dewasa dia kana melihat dunia orang dewasa itu berbeda dengan dunia anak-anak, sebagai contoh saya sebagai insinyur ..anak saya bertanya bagaimana seorang insinyur itu bekerja..., demikian pula saat dia lihat Ibunya yg seorang Dokter... dia juga akan tanya... bagaimana seorang dokter bekerja,maka saat itulah dia akan timbul ketertarikannya pada dunia orang dewasa, misalnya anak ingin menjadi Dokter biarkan dia mencari caranya menjadi dokter, bila dia tertarik untuk sebagai Programer biarkan dia belajar untuk mencari bagaimana menjadi Programer yg harus belajar bahasa program dll.
Misalnya Saya ingin jadi seorang kameramen... Orang tua tidak tahu... maka kita sama-sama belajar dan disini orangbtua hanya memfasilitasi saja bahkan mungkin juga bisa belajar bersama, karena dalam Unschooling Orang Tua harus tidak menjadi yang paling tahu namun bagaimana membiarkan anak kita tertarik pada suatu hal dan dia berusaha mencari tahu sendiri.. dan kita mengawal atau menjadi teman belajar bagi dirinya
Apakah Anda tidak mengatur atau mengarahkan Anak Anda ?
Dalam ketertarikan anak saya pada suatu hal kita hanya menunjukan jalan yang harus dia pelajari...dan kita tidak menyampaikan semua profesi adalah baik... profesi Dokter itu Baik, Programer itu juga baik, Insinyur juga baik... dan biarkan dia menilai sendiri apakah profesi yang dia ingin ketahui itu baik menurut dia, biar dia mencari tahu sendiri.
Bagaimana Anda menjawab pertanyaan masyarakat.. " Wah Bapaknya Insinyur Ibunya Dokter... kok anaknya gak sekolah ini bagaimana ?
Menurut pandangan saya Homeschooling itu bukan gagah-gagahan.., ada juga karena lebih pada kondisi dimana pemerintah tidak bisa melakukan pelayanan pada sebuah keluarga.
Sebagai contoh.. keluarga kami.. anak saya pertama Desklesia, saat itu dilingkungan saya tidak ada sekolah yang bisa menampung anak saya, artinya bila dipaksakan sekolah di situ pasti tidak optimal dan cenderung mengganggu yang lain, karena sekolah adalah dalam tanda kutip untuk anak yg normal atau rata-rata, sedang anak saya tidak.
maka kami mencari alternatif.. karena anak saya termasuk ABK dan saat itu dilingkungan saya jg tidak ada sekolah inklusi, maka saya mengambil tanggung jawab pendidikan anak saya.
Bila kkta di tanya di Akhirat.. tentang pendidikan anak.. tidak mungkin gurunya atau masyarakat.. namun orang tuanyalah yang bertanggung jawab
Ketika ada orang yang tanya..mengapa kok tidak sekolah ? maka saya menjawab bukan karena gagah-gagahan, tapi saya menjawab "saya mengambil tangggung jawab pendidikan anak saya karena di lngkungan tidak ada yg bisa melayaninya "
dengan begitu mereka mengerti..
Ke P Lukman yang sebagai ketua Asahpena Malang.. menurut Anda bagaimana tentang Unschooling itu sendiri ?
Saya menghargai.. suatu keluarga yang mengambil keputusan yang terbaik pada anak-anaknya... , karena Keluarga adalah yang paling tahu tentang kebutuhannya, meski pemerintah sudah ada kebijakan tentang jalur pendidikan diluar Formal, seperti jalur non formal di Kursus, PKBM, SKB dll. ada juga jalur In formal seperti anak-anak Hs ini harusnya bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, dan bisa mencari tahu kebutuhan apa yang harus mendapatkan perhatian dan pelayanan, bukan malah mengatur untuk mempersulit mereka.., kareana kebijakan yang ada kadang masih belum menyentuh hal-hal yang esessial bagi kegiatan mereka ini.
Asahpena sebagai salah satu asosiasi mencoba menjadi mediator antara pelaku Hs dan sekolah alternatif..ke DIKNAS akan terus berupaya menyuarakan dan menyampaikan beberapa hal penting yang mungkin menjadi hambatan bagi mereka, memang masih kecil yang kita lakukan.. namun beberapa hal penting yang berhubungan dengan kecemasan tentang legalitas Hs terus kita upayakan dan perjuangkan.
Untuk anak-anak Unschooling pun bila suatu saat mereka ternyata butuh legalitas.. juga kita siap bantu, atau minimal memberikan arahan yang bisa mereka lakukan sesuai dengan aturan yang ada.
Untuk anak P Yudi yang ke 2,3 dan 4 kok juga unschooling mengapa demikian ?
Unschooling itu gaya Hidup Mas .., awalnya memang karena keterpaksaan..tapi ternyata itu enak..., gak pakai mahal, murah... gak ada antar anak ke sekolah, seragam dll.
dan nanti bila ingin ijasah.. ya tinggal datang saja ke mitra sekolah untuk daftar dan ikut ujian. itu kalau ternyata belakangan dia ingin berprofesi sebagai dokter dsb.
Bagaimana dengan kesibukan Bapak sebagai seorang Insinyur dan Ibu sebagai seorang Dokter untuk anak-anak Unschooling ini ?
Jangan bayangkan anak Homeschooling atau Unschooling itu kita akan ribet banget ya..., yang penting bagaiman menumbuhkan mereka menjadi pembelajar mandiri, orang tua hanya simpel saja.. menjadi orang yg baik dan menyediakan kebutuhan yg dibutuhkan si anak, dan tidak perlu sekolah menjadi orang tua homeschooling...??? yang dibutuhkan hanya menjadi model bagi si anak.
Terus bagaimana kedala yang sering dihadapi bagi orang tua Unschooling ?
Kecenderungan orang tua adalah mengajari anaknya..., orang tua cenderung mengatur anaknya, mendekte anaknya bahkan untuk urusan jodohpun diatur..jadi kendala kita adalah bagaimana mengerem kita atau menahan supaya kita tidak mengajari anak kita, namun lebih sebagai teman bermain atau teman belajar.
kendala lain... adalah saat ank saya belum bisa baca jingga usia 8,5 th.. kakek dan tetangga bingung .. sementara saya yakin pada saatnya dia akan bisa baca dengan sendirinya, demikian juga saat dia bisa bahasa inggris dan bahasa pemograman... dan saya yakin anak itu punya kemampuan untuk belajar dan dia akan bisa dengan sendirinya, saya percaya dan yakin bila kita memberikan ruang, kebebasan dan fasilitas pada anak kita Insya Alalah dia akan bisa dengan sendirinya.
kita juga harus siap dgn omongan-omongan kanan kiri kadang gak enak juga.. anaknya kok belum bisa baca..dsb.. ? maka keluarga Hs atau unschooling harus siap menerima pertanyaan seperti itu.
Bagaimana Sisi sosialisasi anak-anak Unschooling atau Hs menurut P Lukman ?
Banyak pandangan pengamat yang belum tahu Hs terjebak oleh kata-kata "Home" seakan tempat belajar kita hanya di rumah saja... sehingga terkungkung tidak memiliki teman,
ini pandangan yg salah.. karena anak hs itu bisa sosialisasi di TPQ, klub menggambar,
robotik dan tempat lain yang dia bisa pilih... dan kebanyakan anak-anak Hs banyak kesempatan berteman dengan usia yg berbeda..karena bagi kita keluarga hs dimanapun kita bisa belajar.., dimanapun kita bisa bersosialisasi.., kemarin kita ketemu dengan anggota pasukan PBB yg baru pulang dari libanon kita berkenalan. ketemu banyak orang di kereta api kita juga bisa berkenalan dan ini juga bagian dari sosialisasi.
Bagaimana Anda menjadi contoh bagi anak Anda ?
Kita berlaku normal saja... seorang ayah bisa juga salah.., seorang ayah juga bisa berlaku baik.., kadang juga bisa marah... dan yang penting model orang tua bagi anak kita kita selayaknya manusia normal yang bila salah ya harus minta maaf.., dan kita bukan menjadi orang tua yang sok tahu segalanya... dan bisa marah juga bila anak kita perlu kita marahi karena mungkin melanggar aturan yg sdh kita sepakati.
dengan menjadi model bagi anak Insya Allah kita akan berusaha menjadi orang tua yang baik. jangan sampai ada kesan saat kita menyekolahkan anak kita ke suatu Sekolah maka tugas kita sudah selesai, misalnya di sekolah yang bagus ajaran agamanya..anak kita tidak mungkin melakukan ajaran agama tersebut dengan baik bila orang tuanya juga tidak menjadi model yang baik sesuai ajaran agama tersebut.
Pernah tidak anak P Yudi Ingin sekolah ?
Pernah.. ketika anak saya menanyakan itu saya menjawab. mau tidak kamu belajar yang diatur... pagi belejar matematika..., lagi asyik-asyiknya tiba-tiba suruh berhenti belajar bahasa.. kemudian kerjakan tugas pelajarran yang tidak kamu suka...dan banyak lagi yang lain... maka dia pilih yang bebas yang dia inginkan.. dan saya percaya anak saya akan menjadi hebat bila dia ingin belajar apa yang ia suka bulan kerena belajar pelajaran yang dipaksakan.
P Lukman Bagaimana Anda menyikapi hal Ini ?
Saya rasa sah saja... karena ini adalah keputusan keluarga P Yudi yang punya kosep yang Beliau yakini dan ini harusnya menjadi perhatian bagi pemerintah.. bahwa harus ada solusi yang cerdas untuk bisa menjadi payung, sehingga pendidikan di luar sekolah ini biasa lebih mendapatkan perhatian an apresiasi yang lebih lagi.. dan semoga anak-anak yang saat sekarang banyak memerlukan perhatian khusus artinya beberapa diantara mereka tiadak merasa nyaman lagi di sekolahnya bisa mendapatkan Sekolah alternatif yang bisa mengoptimalkan mereka minimal bia menjadi patner bagi mereka dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Lakukan yang Anda bisa lakukan..!! dan yakini apa yang Anda yakini...!!
Bila Anda bisa menjadi Model yanh baik bagi anak-anak Anda maka itu suatu langkah awal dalam menghantarkan anak-anak menjadi orang yang berguan kelak...!!
Salam Dahsyat
( Hasil bincang-bincang di ATV/KOMPAS TV tentang Unschooling dengan Keluarga Yudi Ariyanto dan Lukman Hakim )
Tempat : Cafe Vila Alamanda hotel Agrowisata Batu
Batu 30 November 2011
rencana tayang di Kota Malang hari Rabu tgl. 7 Desember 2011
ASAHPENA apa kiprahmu..?
Asahpena .. oh ..
Mungkin bila ada yang belum tahu apa itu ASAHPENA...
Asahpena = Asosiasi sekolah rumah dan pendidikan alternatif Indonesia yang pada tahun 2007 melakukan kesepakatan kerjasama dgn keluarlah MOU bersama dengan DIRJEN PLS pada tanggal 10 Januari 2007 bernomor 02/E/TR/2007 dan 001/1/DK/AP/07 maka dengan berbekal MOU itu terbentuklah beberapa DPW Asahpena di berbagai daerah.., ada di Kalimantan, Jawa Timur Hingga jawa Barat hingga Sumatra.
Terbentuknya Asahpena ini juga banyak cerita yang bisa diungkapkan.. mulai dari terbentuk dari sekelompok pembelajar mandiri di suatu kota yang menjadikan Asosiasi ini sebagai jembatan untuk pengurusan kegiatannya ke DINAS, ada juga terbentuk karena Kebijakan pimpinan daerah untuk memfasilitasi anak-anak jalanan (Anjal) seperti di Balik Papan,keluarga wiraswasta yg melayani kebutuhan di lungkungannya, ada juga yg melayani anak-anak nelayan dan banyak lagi yang lain...
Namun diantaranya ada juga yang hanya cuman launching.. namun setelahnya tidak ada kabarnya lagi.. karena mungkin masing-masing pengurusnya sudah repot dengan kegiatannya sendiri-sendiri... ya lumrah saja karena ini hanyalah sebuah Asosiasi yang tidak ada dana.. dan malah pengurusnya yg harus merogoh kantongnya untuk mengadakan pertemuan atau sekedar Audensi dengan beberapa pemilik kebijakan.
Terus... diantara puluhan itu ada yang terus bergulir berbuat sesuatu...? tentu aja ada....!! Contoh...: kegiatan edukasi pada masyarakat sekitar Malang pada beberapa Radio lokal dan telivisi..., ada juga kegiatan Pendampingan pembuatan kurikulum yg inovatif pada Sekolah dolan dan beberapa PKBM di kota Malang oleh PUSKUR dan DINAS pada tahun 2008-2009,ada jg anggota Asosiasi ini yg bisa membuktikan menjadi juara PKBM Nasional, pada tahun 2010 kawan kawan Asahpena Tangsel memelopori kegiatan Ujian Online dengan melayani seorang anak Hs dari Abudabi dan ini akhirnya yang menjadi cikal bakal UNSR yang dilaksanakan serentak di berbagai Kota Yogja, Malang dan Tangerang Selatan.
Pada perjalanannya... beberapa Pengurus Asahpenapun keluar masuk. atau berganti dan melakukan penyegaran...(wajarlah sebagai suatu Organisasi)..
Mungkin ada yang berharap lebih dari Asosiasi ini.untk mendapatkan sesuatu, atau tidak lagi sevisi dengan kegiatan yang dilakukan mulai kabur dan tidak menganggap suatu yg penting. he he .. biasa saja lah... ( hingga ada telepon kok ada yang pada ribut dengan ASAHPENA wong pengurusnya aja ada yg mengganggap gak penting...?????)
Beberapa kebijakan pemerintah yang lebih mengatur pelaksanaan kegiatan belajar mandiri... mulai diterbitkan... , dan hal ini tak luput dari perhatian Asahpena.. dan kitapun tidak diam kita coba mempertanyakan dan memberikan beberapa masukan sebagai langkah untuk mengawal kebijakan tsb. untuk berfihak pada pembelajar mandiri...!!
Namun mulai dari Syarat IQ, Akselerasi hingga batasan umur dll. semuanya tidaklah mudah untuk diselesaikan dan di negoisasikan.. dan mungkin butuh waktu ...
Perjalanan ASAHPENA yang penulis lakukan di Kota Malang juga pasang surut... diawali dari pelantikan tahun 2007 .. hanya beberapa orang saja yang terus beraktifitas... karena Insya Allah banyak yang pada sibuk... dengan kegiatannya masing-masing.
namun karena kami tetap konsisten dengan anak-anak yang HS maka beberapa kegiatan sosialisasi di berbagai media tetap kita lakukan.., meski tidak rutin.. namun ini adalah sebagai bentuk ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang banyak mempertanyakan bahkan mencibir kita.
Seiring dengan waktu... kami terus berhubungan dengan Asahpena wilayah lain yang terus berinovasi dan berbuat.. maka mulailah beberapa media meliput kami Asahpena dan sekaligus Sekolah Dolan sebagai aplikasi dari Sekolah Alternatif dibawah Asosiasi tsb. Koran lokal seperti Koran Pendidikan, Malang Pos hingga Jawa Pos dan beberpa Majalah pendidikan Jakarta menjadikan topik berita..., gak kalah dengan koran media TV lokal seperti JTV,DHarma TV, ATV, Malang TV, CRTV dan NDTV hingga TV nasional KOMPAS TV dan METRO TV pun mengundang kita untuk sekedar Talkshow dll.
Asahpena pun juga sudah membantu beberapa anak-anak yang sudah kuliah di berbagai PTN dan PTS... karena berkat MOU tsb. kita bisa lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan dan koordinasi dengan DINAS setempat.
Semoga.. akan muncul Asosiasi lain yang mungkin bisa menjadi mitra DINAS ataupun teman sharing Asosiasi ini.. yang lebih hebat...!! kita tunggu... karena sebenarnya pernah ada dan launching Asosiasi yang kita harapkan bisa berbuat....lebih dari .ini... Salam Dahsyat...!!!!
Potensi Anak Autis
Perjuangan seorang ibu yang berupaya yang terbaik bagi anaknya..
anak yang dilahirkan autis ini ternyata punya potensi yang bisa
dioptimalkan.. semoga hal ini bisa menjadi semangat Keluarga lain
bahwa dengan kondisi apapun ank kita pasti memiliki potensi yang
tersembunyi dan layak mendapatkan perhatian orang tua untuk mensupoort
dan mengoptimalkan.. potensi tsb.
November 23, 2011
Mempersiapkan Ujian anak Homeschooling
Mungkin ini bisa menambah wawasan Anda semua
Saat ini semakin banyak anak memilih alternatif dalam belajar
ada yang belajar di Sekolah Alam, Sekolah Plus-plus dan tentunya ada juga
yang mengambil jalur informal sebagai jalan untuk menyelesaikan target belajarnya.
Sebagaimana di ketahui Jalur informal saat ini mulai menjadi banyak dipilih
oleh masyarakat, ada yang tetap mencari ijasah sebagai tujuan akhir belajarnya,
namun ada juga yang sama sekali tidak menginginkan ijasah.
Anak-anak yang mengambil jalur informal ini dikataan sebagai pembelajar mandiri,
atau ada juga yng menyebut dirinya homeschooling (Hs) / sekolah rumah.
dalam kegiatan (Hs) pun banyak cara yang bisa dilakukan..., namun diantaranya yg
terbanyak adalah masih mencari legalitas (ijasah) sebagaia tujuan akhir.
Idealnya kegiatan Hs ini dilakukan oleh keluarga sendiri... dirumah, namun karena
adanya keterbatasan orang tua akan kemampuan dalam pendidikan yg sudah semakin maju maka ada beberapa keluarga mencari mitra dalam kegiatan HS nya, bisa guru ataupun
bimbingan belajar.
Saat sekarang dengan aturan yang terbaru yang keluar pada tgl 7 Juni 2011 yaitu
POS UNPP 2011 yang menyebutkan bahwa anak-anak harus memiliki rapot sebagaimana
tercantum di sini http://bsnp-indonesia.org/id/?p=804
rapot itu harus dikeluarkan dari lembaga non formal seperti PKMB/SKB
Bila anda Hs Tunggal bisa saja melakukan koordinasi dengan PKBM di kota Anda, dan
memungkinkan bisa sharing tentang nilai yang akan di isikan dirapot, atau bisa juga
Lembaga tersebut melakukan test (test penempatan jenjang) sehingga Lembaga tesb.
bisa mengetahui di posisi kelas berapa si anak dan jg bisa di uji untuk mendapatkan
nilai di rapot.
Bila anak-anak sudah memiliki nilai rapot, maka bisa mengajukan pendaftaran ujian
biasanya akan mendapatkan DNS (Daftar Nominasi Siswa) anak-anak yang boleh daftar
ujian biasanya bila jenjang SMP / SMA harus memiliki Ijasah 3 th sebelumnya atau
bisa juga 2 tahun sebelumnya dengan catatan IQ nya diatas 130.
jadi tidak mungkin anak-anak yg HS dari kecil.. tiba-tiba saat usia SMA lalu ikut ujian SMA (paket C) tanpa memiliki ijasah jenjang sebelumnya.
Untuk pelaksanaan ujian bisa mendaftarkan diri ke Dinas PLS di kotamya masing-masing dan biasanya akan di gabungkan dgn PKMB atau mengikuti Ujian secara bersama yang dilakukan oleh ASAHPENA bekerjasama dengan DINAS Provinsi Banten
November 22, 2011
Koran Sekolahku (Malang Pos)
Meski ada beberapa hal yang kurang pas pada penyampaian pemberitaan koran ini...namun tidak apalah... hal yang di wawancara kadang belum mesti sesuai dengan yang diberitakan..
PUSKUR
Kegiatan Pendampingan yang dilakukan oleh PUSKUR pada Sekolah Dolan guna bisa menjadi mitra masyarakat di kota kami
November 17, 2011
Talkshow Tentang Games pengaruhnya bg anak
Anggota asahpena Bu Santy (rumah Kak dea) Lukman Hakim (sekolah dolan ) dan Ibu paguyuban SD Insan Permata Malang
November 14, 2011
October 26, 2011
Live di ATV / KOMPAS TV
Alhamdulillah Undangan dari ATV membuat anak-anak senang... dan menambah koleksi shooting Sekolah Dolan bersama televisi....
Hayooo kapan TV yang lain mau sharing kegiatan bersama kita
Dapat Buku murah....
Bila Kita jalan-jalan ke Mall baik di MOG atau Matos kesempatan yg tidak pernah kita lewatkan adalah mampir ke toko buku... meski gak mesti harus beli..., namun jarang sekali kita keluar tanpa membawa kresek... berisi buku.
Hari ini Rabu 26 oktober 2011, Alhamdulillah kita diberi kesempatan untuk datang ke gudang salah satu penerbit buku yg cukup terkenal... untuk memilih-milih buku yang mungkin di butuhkan dengan harga spesial banget...
kesempatan yg sangat jarang ini tentunya akan kita manfaatkan sebaik mungkin... anak-anak kita ajak hunting buku.. sekalian menyiapkan pendirian TBM SEKOLAH DOLAN.... semoga ini bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar kita..khususnya orang tua anggota Sekolah Dolan dan PAUD Kenanga...
September 12, 2011
September 5, 2011
UJIAN PAKET A, B dan C Oktober 2011
Dalam rangka persiapan ujian anak-anak bulan Oktober mendatang
kita melakukan tryout sebanyak 3 kali. yang bertujuan untuk mengkondisikan
anak-anak sehingga lebih siap nantinya saat ujian.
Ada beberapa anak yang pada bulan Oktober tahun ini mengikuti ujian
lebih cepat dari jadwal yaitu program AKSELERASI, dimana sebelumnya anak
anak harus terlebih dulu melewati serangkaian kegiatan dan test khususnya
test Psikologi... yang kita lakukan bekerjasama dengan UM (universitas Negeri
Malang ) bila ternyata hasil yang didapat adalah superior kurang lebih 130
maka anak-anak diperbolehkan mengngikuti ujian percepatan.,
Adapun jadwal ujian bisa dilihat sbb :
Paket C
Periode II
Jam Mata Ujian SMA IPS dan IPA
Selasa 11 Oktober 2011
13.00 – 15.00 PendidikanKewarganegaraan
15.30 – 17.30 Bahasa Inggris
Rabu 12 Oktober 2011
13.00 – 15.00 Sosiologi / Biologi (IPA)
15.30 – 17.30 Geografi / Kimia ( IPA )
Kamis 13 Oktober 2011
13.00 – 15.00 Bahasa Indonesia
15.30 – 17.30 Ekonomi / Fisika ( IPA )
Jumat 14 Oktober 2011
14.00 – 16.00 Matematika ( IPS / IPA )
kita melakukan tryout sebanyak 3 kali. yang bertujuan untuk mengkondisikan
anak-anak sehingga lebih siap nantinya saat ujian.
Ada beberapa anak yang pada bulan Oktober tahun ini mengikuti ujian
lebih cepat dari jadwal yaitu program AKSELERASI, dimana sebelumnya anak
anak harus terlebih dulu melewati serangkaian kegiatan dan test khususnya
test Psikologi... yang kita lakukan bekerjasama dengan UM (universitas Negeri
Malang ) bila ternyata hasil yang didapat adalah superior kurang lebih 130
maka anak-anak diperbolehkan mengngikuti ujian percepatan.,
Adapun jadwal ujian bisa dilihat sbb :
Paket C
Periode II
Jam Mata Ujian SMA IPS dan IPA
Selasa 11 Oktober 2011
13.00 – 15.00 PendidikanKewarganegaraan
15.30 – 17.30 Bahasa Inggris
Rabu 12 Oktober 2011
13.00 – 15.00 Sosiologi / Biologi (IPA)
15.30 – 17.30 Geografi / Kimia ( IPA )
Kamis 13 Oktober 2011
13.00 – 15.00 Bahasa Indonesia
15.30 – 17.30 Ekonomi / Fisika ( IPA )
Jumat 14 Oktober 2011
14.00 – 16.00 Matematika ( IPS / IPA )
August 9, 2011
Petualangan Anggota Baru
SELAMAT DATANG... dan selamat berjuang untuk meraih petualangan yang akan di lewati... di Sekolah Dolan.... Anda Pasti Bisa... karena.. Anda adalah
pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan...!!!
Salam Dahsyat....!!!
March 20, 2011
Guruku Kok Begitu...!!!
Hampir 5 tahun perjalanan kegiatan nonformal yang kami lakukan, beragam anak datang dan pergi... beragam orang tua... mengadu...., mengeluh..., sinis... dan yang bersinergi dengan kami......
Awalnya kami hanya melakukannya sendiri namun setelah Dinas setempat dan beberapa dukungan teman maka tercetuslah sekolah dolan....
Tahun ini, ada siswa kami yang bergabung menjadi bagian dari kami setelah hampir 2 tahun tidak lagi mau sekolah.... " Lho kenapa kok gak mau sekolah lagi..? " padahal kan sekolahnya termasuk favorit... lho...? " tanya saya... saat wawancara.. " Wah payah Pak....... dan Bu..... selalu memberiku nilai jelek... karena aku menolak untuk ikut laes yang dia tawarkan... selepas jam sekolah " Kata si anggota baru ini... , dan selidik punya selidik pada kenyataannya memang keluarganya tergolong yang tidak berlebih sehingga agak berat bila harus keluar biaya ekstra.
Ada lagi kisah... seorang anggota yang lain... yang merasa tidak ada proteksi dari gurunya saat teman-teman mengolok-ngolok dengan perkataan " Masak pindahan dari sekolah favorit di Jakarta Kok ..... gitu saja tidak bisa...." dan diperparah lagi perkataan seperti ini masih ditambahi sang guru yang ikut mengoloknya dengan perkataan serupa.
dan banyak lagi beberapa kisah... serupa.... yang terjadi.....
dan hal ini.... menjadi PR kita bersama.... sekolah Internasionalpun hanya embel-embelnya saja... yang tertulis namun masih banyak hal yang harus diperbaiki didalamnya.... , karena masih banyak kepentingan yang terjadi disini sehingga pelayanan publik ini belum bisa menjadi pelayanan jasa yang bisa dinikmati oleh peminatnya... semoga... Para Guru dimanapun lebih mawas diri... SERTIFIKASI harusnya menjadi cambuk dan doronbgan motivasi untuk berbuat yang terbaik bagi kemajuan pendidikan bangsa ini.
Salam Dahsyat..!!!
February 26, 2011
Home Schooling Kian Diminati Di Malang
MALANG POS
Selasa, 22 Februari 2011 14:47
MALANG- Model pendidikan sekolah rumah atau home schooling mungkin belum begitu diminati oleh masyarakat di Kota Malang. Namun keberadaan home schooling ternyata amat dibutuhkan bagi kalangan tertentu. Satu-satunya home schooling di Malang adalah Sekolah Dolan yang ada di kawasan Vila Bukit Tidar Kota Malang. Sejak berdiri pada 2005 lalu, jumlah siswanya terus meningkat.
“Saat ini untuk Kota Malang saja siswa kami sekitar 35 siswa, mulai dari jenjang TK hingga SMA,” ungkap Pemilik Home Schooling Sekolah Dolan, Lukman Hakim kepada Malang Post.
Sekolah Dolan ini awalnya didirkan oleh alumnus Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM) ini karena kebutuhannya sendiri. Anaknya yang saat itu akan masuk TK merasa tidak cocok dengan sistem pendidikan nasional yang dianggap memberatkan siswa. Karena itulah ia memberanikan diri mengajukan izin ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang. Berbekal panduan dari komunitas Home Schooling Jakarta yang dipimpin Kak Seto, Sekolah Dolan pun dibuka dengan siswa kala itu hanya 3-4 orang saja.
“Kami selalu berkomunikasi dengan komunitas home schooling di Jakarta, bahkan untuk ujian nasional bagi siswa juga dilakukan bekerjasama dengan komunitas ini,” bebernya.
Sekolah rumah ini, lanjutnya, merupakan jawaban bagi anak-anak usia belajar yang merasa tertekan dengan sistem pendidikan formal saat ini atau merasa tidak terpenuhi hak-haknya untuk belajar dengan suasana lebih ramah dengan anak. Beban pendidikan di sekolah formal seringkali membuat siswa kehilangan haknya untuk mengembangkan potensinya. Namun bukan berarti yang bersekolah di sini adalah anak-anak yang kurang mampu baik akademik maupun finansial. Sebab siswa homes chooling banyak yang memiliki potensi terutama non akademisnya. Ada siswa yang asyik dengan dunia modeling sehingga tidak mungkin mengikuti jam belajar di sekolah, ada pula yang hobi dengan IT dan bahkan sudah bekerja di bidangnya. Ada pula yang merasa tidak betah di sekolah negeri favorit karena tidak nyaman dengan lingkungannya.
“Ada beberapa siswa kami yang merupakan anak pengusaha besar, dia sudah asyik dengan bisnis ayahnya sehingga tak bisa diatur dengan jam sekolah,” jelasnya.
Saat ini ada dua siswa Sekolah Dolan yang gagal menyelesaikan beasiswa di luar negeri karena homesick. Mereka ternyata lebih memilih menyelesaikan studi di home schooling. Bahkan di ibu kota Jakarta tak sedikit anak-anak artis yang disekolahkan dengan model home schooling ini.
Salah satu siswa yang ditemui Malang Post kemarin bernama Arya Krisna Mukti, yang mengaku memilih pendidikan home schooling karena ingin mengoptimalkan potensinya. Kegemarannya dengan IT selama ini belum bisa disalurkan dengan maksimal di bangku sekolah. Tak hanya itu, model pendidikan home schooling menurutnya sangat pas dengan kondisi keluarganya yang selalu pindah tugas karena sang ayah bekerja di Bulog.
“Saya seringkali harus mengulang kelas karena tidak bisa tuntas belajar di sekolah karena harus pindah, saya bersyukur karena sekarang sudah mau ikut ujian SMA,” bebernya.
Ujian yang diikuti siswa home schooling ini akan dilaksanakan pada Juni mendatang. Materi ujiannya didatangkan langsung dari Jakarta dan ujian dilaksanakan secara online dengan pantauan melalui CCTV. Pemantaunya berada di Jakarta untuk melihat apakah siswa tidak dibantu selama mengikuti ujian ini. (oci/han)
February 15, 2011
Alhamdulillah Orang Tuaku Hebat
Syukur Alhamdulillah, Bila kita diberikan anugerah memiliki orang tua Yang hebat...
"Hebat" dalam arti kata.... disini Memiliki Kedudukan yang bagus di Lembaga atau memiliki pekerjaan bahkan perusahan yang cukup maju....
"Hebat" juga dalam mewujudkan harapan anak....nya. sehingga keinginan anaknya apapun bisa dipenuhinya... asal bicara dan minta semua pasti terkabulkan.
Namun apakah ini bisa seiring dengan kegiatan belajar mereka di sekolah favorit yang telah di di masukinya.
jawabnya belum mesti........!!!
ada yang bisa berjalan seiring.... namun tidak banyak juga yang tidak bisa seperti harapn yang diinginkan orang tuanya.....
Perjalannan memang masih terus bergulir..... dalam mencapai tujuan.... selalu ada banyak jalan...
Bila tidak bisa melewati jalan yang satu kemungkinan bisa melewati jalan yang lainnya....
Demikian pula pada kegiatan belajar di sekolah formal.... bila itu dirasa kurang nyaman maka masih ada pilihan untuk menempunya di jalur Non Formal.
Memang banyak orang belum tahu... bahwa jalur inipun menjadi alternatif yang bisa ditempuh untuk ke jenjang selanjutnya... seperti paket A ke SMP paket B ke SMA dan Paket C ke Perguruan Tinggi.
Memang masih perlu perjuangan yang cukup untuk mengangkat ALUMNI KESETARAAN ini jadi lebih bermartabat... karena masih banyak lembaga di Negara ini yang meluluskan dengan mudah peserta di jalur ini meski warga belajarnya tidak pernah melewati proses belajar yang bisa dipertanggung jawabkan. namun diantara lembaga yang banyak itu patut kita acungi jempol untuk komitmen teman-teman yang tetap dengan elegan melewati proses yang benar dengan mengajak para orang tua untuk berlaku fair dalam menempuh ijasah yang ingin dimiliki anak-anaknya, bukan membagi-bagi kunci jawaban saat ujian.... berlangsung karena kasihan pada orang tuanya...yang sudah membanyar mahal.
Semoga makin banyak orang tua yang benar-benar hebat... dan memahami semua proses yang harus ditempuh demi kebanggaan anak-anak mereka...!!!
Salam dahsyat Untuk Para orang Tua.... dan teman-teman Komunitas yang punya komitmen....!!!
February 12, 2011
Muridku Sayang
Kegiatan yang mengajak belajar dengan bermain ini sangat mengasyikkan....
Afri.... pindahan dari Tanjung Pinang. ini.....
Selalu semangat.. saat datang di Komunitas.....
Kegiatan belajar yang dimulai pukul 15.00 hingga 17.30 terlewati dengan cepat dan kadang tidak terasa... karena si Afri selalu semangat dan menggebu-gebu dalam melakukan kegiatannya.
motifasi dan mendampingi dengan ikhlas dan tujuan yang dilakukan secara bersama dengan Orang tua Insya Allah akan membuat Afri bisa mengejar ketertinggalannya
Semangat Afri.....
February 2, 2011
Belajar bersama Anak Slowlearner
Alhamdulillah.... kami masih diberi kepercayaan untuk bisa membantu beberapa anak-anak yang dikategorikan Slowlearner...
Anak ini sudah hapir 3 tahun disekolah formal (MI) namun dilihat dari hasil evaluasi belajarnya nilainya jauh dari ketuntasan...( karena di kisaran 20- 30 saja ) padahal ketuntasan belajarnya kisaran 65 - 75....
Pelajaran yang banyak di sekolah-sekolah formal / MI tentu menjadi hal yang sangat berat bagi si anak...
Saat dilakukan observasi... ternyata... banyak hal yang belum faham dan perlu
pendalaman lebih.... meski sudah kelas 3 sd namun materi untuk level dibawahnya banyak yang belum tuntas....
Tentunya pilihan untuk keluar dari sekolah formal dan masuk di jalur kesetaraan level sd yang hanya belajar di 5 mata pelajaran...saja moga-moga lebih meringankan dan bisa dilaluinya...
Dengan penanganan face to face dan kesepakatan kegiatan yang berkesinambungan dengan kegiatan yang ada di rumah beserta orang gtuanya... maka kami berharap si anak bisa segera mengejar ketertinggalannya.
Semoga pilihan ini bisa membantu...
Salam Dahsyat
Anak ini sudah hapir 3 tahun disekolah formal (MI) namun dilihat dari hasil evaluasi belajarnya nilainya jauh dari ketuntasan...( karena di kisaran 20- 30 saja ) padahal ketuntasan belajarnya kisaran 65 - 75....
Pelajaran yang banyak di sekolah-sekolah formal / MI tentu menjadi hal yang sangat berat bagi si anak...
Saat dilakukan observasi... ternyata... banyak hal yang belum faham dan perlu
pendalaman lebih.... meski sudah kelas 3 sd namun materi untuk level dibawahnya banyak yang belum tuntas....
Tentunya pilihan untuk keluar dari sekolah formal dan masuk di jalur kesetaraan level sd yang hanya belajar di 5 mata pelajaran...saja moga-moga lebih meringankan dan bisa dilaluinya...
Dengan penanganan face to face dan kesepakatan kegiatan yang berkesinambungan dengan kegiatan yang ada di rumah beserta orang gtuanya... maka kami berharap si anak bisa segera mengejar ketertinggalannya.
Semoga pilihan ini bisa membantu...
Salam Dahsyat
January 30, 2011
Artikel slowlearner
slow learner
Slow-learner merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa. Lima kesulitan itu antara lain (Sudradjat, 2008).
1.Learning disorder atau kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat munculnya respon yang bertentangan.
2.Learning disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3.Under-achiever, mengacu pada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4.Learning disabilities, yaitu ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar.
5.Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang disatukan (www.audiblox2000.com/index.htm). Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka. B.Ciri-ciri Slow-learner Dari data statistik, dalam suatu populasi, 14, 1 % di antaranya merupakan slow-learner. Bahkan di beberapa sekolah, proporsi anak slow-learner lebih besar daripada anak normal. Hal yang kritis di sini adalah anak slow-learner tidak mudah diidentifikasi. Guru dan orang tua sebaiknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terhadap anak dengan prestasi belajar yang buruk. Mereka perlu mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Agar memudahkan metode belajar bagi anak tersebut, maka informasi yang jelas dan lengkap sangat dibutuhkan . Ciri-ciri umum slow-learner adalah: hasil pengukuran IQ mereka 75 % sampai 90% dari rata-rata anak, kemampuan membaca mereka yang dikuasai di usia-usia yang lebih lambat daripada anak kebanyakan, dan kecepatan belajar mereka 4/5 sampai 9/10 kali kemampuan kecepatan normal. Mereka sulit berpikir abstrak dan rentang perhatian mereka singkat. Mereka bereaksi lebih lambat dari pada rata-rata anak, ekspresi diri mereka buruk sekali, dan harga diri mereka rendah.
Ciri-ciri slow learner
Anak slow-learner memiliki ciri-ciri berikut:
1.Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
2.Cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal.
3.Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.Hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan-tujuan jangka panjang.
5.Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
6.Nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar.
7.Dapat bekerja dengan baik dalam hand-on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.Memiliki self-image yang buruk.
9.Mengerjakan tugas-tugas dengan lambat.
10.Menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.
Faktor yang Mempengaruhi Slow Learner
Slow-learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya:
1.Faktor Internal / Faktor Genetik / Hereditas
Inteligensii merupakan sesuatu yang diturunkan. Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survey pustaka dunia tentang persamaan ineligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka. Hasil dari berbagai penelitian dirangkum dalam tabel berikut: Hubungan Korelasi Kembar satu zigot Diasuh bersama 0,82 Diasuh terpisah 0,72 Kembar dua zigot Diasuh bersama 0,60 Saudara kandung Diasuh bersama 0,47 Diasuh terpisah 0,24 Orangtua / anak 0,40 Orangtua angkat / anak 0,31 Saudara sepupu 0,15
2.Faktor Eksternal / Lingkungan
Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, hasil pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau penentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan di mana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dn perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Kualitas stimulasi dapat dilakukan dengan memperkaya lingkungan anak, sehingga dapat meningkatkan inteligensi anak. Berdasarkan penelitian Ramey, dkk (Santrock, 2007, h. 148), masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin. Berikut ini adalah efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137): Efek Lingkungan yang Berbeda terhadap IQ Berdasarkan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variabel lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka. D.Slow-Learner dan Kemampuan Aktualisasi Diri Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa sesuai dengan 3 fungsi utama, yaitu
1) fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan,
2) fungsi administrasi, dan
3) fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab terutama pada fungsi pelayanan siswa. Guru dapat membawa setiap siswa ke arah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Dalam proses belajar dan mengajar, kondisi slow-learner menjadi hambatan bagi anak untuk berprestasi di bidang akademik, tetapi tugas guru dan sekolah adalah membuat anak tetap dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Anak tetap dapat berkembang di bidang-bidang tertentu, bahkan lebih cerdas daripada anak normal pada bidang-bidang tersebut. Maka, slow-learner bukanlah suatu hambatan yang menentukan segala-galanya dalam kehidupan anak. Menurut Gardner (Santrock, 2007, h. 140), terdapat banyak tipe inteligensi spesifik dan dengan spesifikasi ini seorang anak dapat menggambarkan profesinya kelak, sebagai wujud aktualisasi dirinya:
1.Keahlian verbal; kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
2.Keahlian matematika; kemapuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan). 3.Keahlian spasial; kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, pelukis, pelaut). 4.Keahlian tubuh-kinestetik; kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari atlet). 5.Keahlian musik; sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
6.Keahlian intrapersonal; kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog). 7.Keahlian interpersonal; kemampuan untuk memahami dan dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru, penyuluh, konsultan).
8.Keahlian naturalis; kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, botani, ekolog). Tipe inteligensi spesifik inilah yang semestinya dikenali dengan baik oleh guru dari anak-anak slow-learner. Dengan mengetahui potensi diri, anak slow-learner dapat termotivasi untuk lebih mengembangkan diri di wilayah yang dapat mereka kuasai dan membantu mereka membangun konsep diri yang baik tentang dirinya sendiri.
METODE BELAJAR BAGI SLOW-LEARNER
A.Guru dan Slow-learner
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu guru dalam menghadapi anak slow-learner:
1.Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2.Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana. 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10.Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11.Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12.Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.
B.Penyelesaian Masalah bagi Slow-learner
1.Pemeliharaan sejak dini Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi inteligensi, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2.Pengembangan secara keseluruhan Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam berbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3.Lembaga pendidikan, kelas atau kelompok belajar khusus Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lambat belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. Dalam sekolah umum dapat dibentuk kelas khusus bagi anak slow-learner. Anak slow-learner membutuhkan perhatian yang lebih intensive dalam proses belajar mereka. Dengan dibentuk kelas atau kelompok yang relatif kecil, pembelajaran akan fokus pada mereka dan penggunaan metode yang berbeda dengan siswa reguler dapat lebih leluasa.
4.Memberikan pelajaran tambahan Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 5.Latihan indra Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka. Anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, seperti visual, auditori atau kinestetik. Dengan mengasah kemampuan indera yang dominan pada mereka akan mempermudah proses pemahaman dalam belajar mereka. 6.Prinsip belajar Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar:
a.Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.
b.Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
c.Beri dukungan moral atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak.
d.Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.
e.Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.
f.Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.
g.Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid. h.Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
i.Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
7.Dukungan orangtua Dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.
Slow-learner merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa. Lima kesulitan itu antara lain (Sudradjat, 2008).
1.Learning disorder atau kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat munculnya respon yang bertentangan.
2.Learning disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3.Under-achiever, mengacu pada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4.Learning disabilities, yaitu ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar.
5.Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang disatukan (www.audiblox2000.com/index.htm). Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka. B.Ciri-ciri Slow-learner Dari data statistik, dalam suatu populasi, 14, 1 % di antaranya merupakan slow-learner. Bahkan di beberapa sekolah, proporsi anak slow-learner lebih besar daripada anak normal. Hal yang kritis di sini adalah anak slow-learner tidak mudah diidentifikasi. Guru dan orang tua sebaiknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terhadap anak dengan prestasi belajar yang buruk. Mereka perlu mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Agar memudahkan metode belajar bagi anak tersebut, maka informasi yang jelas dan lengkap sangat dibutuhkan . Ciri-ciri umum slow-learner adalah: hasil pengukuran IQ mereka 75 % sampai 90% dari rata-rata anak, kemampuan membaca mereka yang dikuasai di usia-usia yang lebih lambat daripada anak kebanyakan, dan kecepatan belajar mereka 4/5 sampai 9/10 kali kemampuan kecepatan normal. Mereka sulit berpikir abstrak dan rentang perhatian mereka singkat. Mereka bereaksi lebih lambat dari pada rata-rata anak, ekspresi diri mereka buruk sekali, dan harga diri mereka rendah.
Ciri-ciri slow learner
Anak slow-learner memiliki ciri-ciri berikut:
1.Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
2.Cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal.
3.Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.Hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan-tujuan jangka panjang.
5.Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
6.Nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar.
7.Dapat bekerja dengan baik dalam hand-on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.Memiliki self-image yang buruk.
9.Mengerjakan tugas-tugas dengan lambat.
10.Menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.
Faktor yang Mempengaruhi Slow Learner
Slow-learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya:
1.Faktor Internal / Faktor Genetik / Hereditas
Inteligensii merupakan sesuatu yang diturunkan. Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survey pustaka dunia tentang persamaan ineligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka. Hasil dari berbagai penelitian dirangkum dalam tabel berikut: Hubungan Korelasi Kembar satu zigot Diasuh bersama 0,82 Diasuh terpisah 0,72 Kembar dua zigot Diasuh bersama 0,60 Saudara kandung Diasuh bersama 0,47 Diasuh terpisah 0,24 Orangtua / anak 0,40 Orangtua angkat / anak 0,31 Saudara sepupu 0,15
2.Faktor Eksternal / Lingkungan
Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, hasil pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau penentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan di mana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dn perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Kualitas stimulasi dapat dilakukan dengan memperkaya lingkungan anak, sehingga dapat meningkatkan inteligensi anak. Berdasarkan penelitian Ramey, dkk (Santrock, 2007, h. 148), masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin. Berikut ini adalah efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137): Efek Lingkungan yang Berbeda terhadap IQ Berdasarkan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variabel lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka. D.Slow-Learner dan Kemampuan Aktualisasi Diri Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa sesuai dengan 3 fungsi utama, yaitu
1) fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan,
2) fungsi administrasi, dan
3) fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab terutama pada fungsi pelayanan siswa. Guru dapat membawa setiap siswa ke arah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Dalam proses belajar dan mengajar, kondisi slow-learner menjadi hambatan bagi anak untuk berprestasi di bidang akademik, tetapi tugas guru dan sekolah adalah membuat anak tetap dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Anak tetap dapat berkembang di bidang-bidang tertentu, bahkan lebih cerdas daripada anak normal pada bidang-bidang tersebut. Maka, slow-learner bukanlah suatu hambatan yang menentukan segala-galanya dalam kehidupan anak. Menurut Gardner (Santrock, 2007, h. 140), terdapat banyak tipe inteligensi spesifik dan dengan spesifikasi ini seorang anak dapat menggambarkan profesinya kelak, sebagai wujud aktualisasi dirinya:
1.Keahlian verbal; kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
2.Keahlian matematika; kemapuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan). 3.Keahlian spasial; kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, pelukis, pelaut). 4.Keahlian tubuh-kinestetik; kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari atlet). 5.Keahlian musik; sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
6.Keahlian intrapersonal; kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog). 7.Keahlian interpersonal; kemampuan untuk memahami dan dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru, penyuluh, konsultan).
8.Keahlian naturalis; kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, botani, ekolog). Tipe inteligensi spesifik inilah yang semestinya dikenali dengan baik oleh guru dari anak-anak slow-learner. Dengan mengetahui potensi diri, anak slow-learner dapat termotivasi untuk lebih mengembangkan diri di wilayah yang dapat mereka kuasai dan membantu mereka membangun konsep diri yang baik tentang dirinya sendiri.
METODE BELAJAR BAGI SLOW-LEARNER
A.Guru dan Slow-learner
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu guru dalam menghadapi anak slow-learner:
1.Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2.Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana. 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10.Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11.Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12.Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.
B.Penyelesaian Masalah bagi Slow-learner
1.Pemeliharaan sejak dini Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi inteligensi, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2.Pengembangan secara keseluruhan Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam berbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3.Lembaga pendidikan, kelas atau kelompok belajar khusus Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lambat belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. Dalam sekolah umum dapat dibentuk kelas khusus bagi anak slow-learner. Anak slow-learner membutuhkan perhatian yang lebih intensive dalam proses belajar mereka. Dengan dibentuk kelas atau kelompok yang relatif kecil, pembelajaran akan fokus pada mereka dan penggunaan metode yang berbeda dengan siswa reguler dapat lebih leluasa.
4.Memberikan pelajaran tambahan Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 5.Latihan indra Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka. Anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, seperti visual, auditori atau kinestetik. Dengan mengasah kemampuan indera yang dominan pada mereka akan mempermudah proses pemahaman dalam belajar mereka. 6.Prinsip belajar Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar:
a.Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.
b.Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
c.Beri dukungan moral atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak.
d.Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.
e.Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.
f.Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.
g.Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid. h.Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
i.Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
7.Dukungan orangtua Dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.
Artikel slowlearner
slow learner
Slow-learner merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa. Lima kesulitan itu antara lain (Sudradjat, 2008).
1.Learning disorder atau kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat munculnya respon yang bertentangan.
2.Learning disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3.Under-achiever, mengacu pada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4.Learning disabilities, yaitu ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar.
5.Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang disatukan (www.audiblox2000.com/index.htm). Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka. B.Ciri-ciri Slow-learner Dari data statistik, dalam suatu populasi, 14, 1 % di antaranya merupakan slow-learner. Bahkan di beberapa sekolah, proporsi anak slow-learner lebih besar daripada anak normal. Hal yang kritis di sini adalah anak slow-learner tidak mudah diidentifikasi. Guru dan orang tua sebaiknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terhadap anak dengan prestasi belajar yang buruk. Mereka perlu mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Agar memudahkan metode belajar bagi anak tersebut, maka informasi yang jelas dan lengkap sangat dibutuhkan . Ciri-ciri umum slow-learner adalah: hasil pengukuran IQ mereka 75 % sampai 90% dari rata-rata anak, kemampuan membaca mereka yang dikuasai di usia-usia yang lebih lambat daripada anak kebanyakan, dan kecepatan belajar mereka 4/5 sampai 9/10 kali kemampuan kecepatan normal. Mereka sulit berpikir abstrak dan rentang perhatian mereka singkat. Mereka bereaksi lebih lambat dari pada rata-rata anak, ekspresi diri mereka buruk sekali, dan harga diri mereka rendah.
Ciri-ciri slow learner
Anak slow-learner memiliki ciri-ciri berikut:
1.Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
2.Cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal.
3.Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.Hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan-tujuan jangka panjang.
5.Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
6.Nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar.
7.Dapat bekerja dengan baik dalam hand-on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.Memiliki self-image yang buruk.
9.Mengerjakan tugas-tugas dengan lambat.
10.Menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.
Faktor yang Mempengaruhi Slow Learner
Slow-learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya:
1.Faktor Internal / Faktor Genetik / Hereditas
Inteligensii merupakan sesuatu yang diturunkan. Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survey pustaka dunia tentang persamaan ineligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka. Hasil dari berbagai penelitian dirangkum dalam tabel berikut: Hubungan Korelasi Kembar satu zigot Diasuh bersama 0,82 Diasuh terpisah 0,72 Kembar dua zigot Diasuh bersama 0,60 Saudara kandung Diasuh bersama 0,47 Diasuh terpisah 0,24 Orangtua / anak 0,40 Orangtua angkat / anak 0,31 Saudara sepupu 0,15
2.Faktor Eksternal / Lingkungan
Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, hasil pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau penentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan di mana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dn perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Kualitas stimulasi dapat dilakukan dengan memperkaya lingkungan anak, sehingga dapat meningkatkan inteligensi anak. Berdasarkan penelitian Ramey, dkk (Santrock, 2007, h. 148), masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin. Berikut ini adalah efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137): Efek Lingkungan yang Berbeda terhadap IQ Berdasarkan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variabel lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka. D.Slow-Learner dan Kemampuan Aktualisasi Diri Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa sesuai dengan 3 fungsi utama, yaitu
1) fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan,
2) fungsi administrasi, dan
3) fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab terutama pada fungsi pelayanan siswa. Guru dapat membawa setiap siswa ke arah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Dalam proses belajar dan mengajar, kondisi slow-learner menjadi hambatan bagi anak untuk berprestasi di bidang akademik, tetapi tugas guru dan sekolah adalah membuat anak tetap dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Anak tetap dapat berkembang di bidang-bidang tertentu, bahkan lebih cerdas daripada anak normal pada bidang-bidang tersebut. Maka, slow-learner bukanlah suatu hambatan yang menentukan segala-galanya dalam kehidupan anak. Menurut Gardner (Santrock, 2007, h. 140), terdapat banyak tipe inteligensi spesifik dan dengan spesifikasi ini seorang anak dapat menggambarkan profesinya kelak, sebagai wujud aktualisasi dirinya:
1.Keahlian verbal; kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
2.Keahlian matematika; kemapuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan). 3.Keahlian spasial; kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, pelukis, pelaut). 4.Keahlian tubuh-kinestetik; kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari atlet). 5.Keahlian musik; sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
6.Keahlian intrapersonal; kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog). 7.Keahlian interpersonal; kemampuan untuk memahami dan dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru, penyuluh, konsultan).
8.Keahlian naturalis; kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, botani, ekolog). Tipe inteligensi spesifik inilah yang semestinya dikenali dengan baik oleh guru dari anak-anak slow-learner. Dengan mengetahui potensi diri, anak slow-learner dapat termotivasi untuk lebih mengembangkan diri di wilayah yang dapat mereka kuasai dan membantu mereka membangun konsep diri yang baik tentang dirinya sendiri.
METODE BELAJAR BAGI SLOW-LEARNER
A.Guru dan Slow-learner
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu guru dalam menghadapi anak slow-learner:
1.Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2.Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana. 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10.Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11.Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12.Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.
B.Penyelesaian Masalah bagi Slow-learner
1.Pemeliharaan sejak dini Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi inteligensi, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2.Pengembangan secara keseluruhan Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam berbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3.Lembaga pendidikan, kelas atau kelompok belajar khusus Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lambat belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. Dalam sekolah umum dapat dibentuk kelas khusus bagi anak slow-learner. Anak slow-learner membutuhkan perhatian yang lebih intensive dalam proses belajar mereka. Dengan dibentuk kelas atau kelompok yang relatif kecil, pembelajaran akan fokus pada mereka dan penggunaan metode yang berbeda dengan siswa reguler dapat lebih leluasa.
4.Memberikan pelajaran tambahan Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 5.Latihan indra Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka. Anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, seperti visual, auditori atau kinestetik. Dengan mengasah kemampuan indera yang dominan pada mereka akan mempermudah proses pemahaman dalam belajar mereka. 6.Prinsip belajar Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar:
a.Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.
b.Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
c.Beri dukungan moral atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak.
d.Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.
e.Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.
f.Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.
g.Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid. h.Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
i.Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
7.Dukungan orangtua Dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.
Slow-learner merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa. Lima kesulitan itu antara lain (Sudradjat, 2008).
1.Learning disorder atau kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat munculnya respon yang bertentangan.
2.Learning disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3.Under-achiever, mengacu pada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4.Learning disabilities, yaitu ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar.
5.Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang disatukan (www.audiblox2000.com/index.htm). Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka. B.Ciri-ciri Slow-learner Dari data statistik, dalam suatu populasi, 14, 1 % di antaranya merupakan slow-learner. Bahkan di beberapa sekolah, proporsi anak slow-learner lebih besar daripada anak normal. Hal yang kritis di sini adalah anak slow-learner tidak mudah diidentifikasi. Guru dan orang tua sebaiknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terhadap anak dengan prestasi belajar yang buruk. Mereka perlu mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Agar memudahkan metode belajar bagi anak tersebut, maka informasi yang jelas dan lengkap sangat dibutuhkan . Ciri-ciri umum slow-learner adalah: hasil pengukuran IQ mereka 75 % sampai 90% dari rata-rata anak, kemampuan membaca mereka yang dikuasai di usia-usia yang lebih lambat daripada anak kebanyakan, dan kecepatan belajar mereka 4/5 sampai 9/10 kali kemampuan kecepatan normal. Mereka sulit berpikir abstrak dan rentang perhatian mereka singkat. Mereka bereaksi lebih lambat dari pada rata-rata anak, ekspresi diri mereka buruk sekali, dan harga diri mereka rendah.
Ciri-ciri slow learner
Anak slow-learner memiliki ciri-ciri berikut:
1.Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
2.Cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal.
3.Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.Hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan-tujuan jangka panjang.
5.Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
6.Nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar.
7.Dapat bekerja dengan baik dalam hand-on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.Memiliki self-image yang buruk.
9.Mengerjakan tugas-tugas dengan lambat.
10.Menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.
Faktor yang Mempengaruhi Slow Learner
Slow-learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya:
1.Faktor Internal / Faktor Genetik / Hereditas
Inteligensii merupakan sesuatu yang diturunkan. Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survey pustaka dunia tentang persamaan ineligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka. Hasil dari berbagai penelitian dirangkum dalam tabel berikut: Hubungan Korelasi Kembar satu zigot Diasuh bersama 0,82 Diasuh terpisah 0,72 Kembar dua zigot Diasuh bersama 0,60 Saudara kandung Diasuh bersama 0,47 Diasuh terpisah 0,24 Orangtua / anak 0,40 Orangtua angkat / anak 0,31 Saudara sepupu 0,15
2.Faktor Eksternal / Lingkungan
Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, hasil pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau penentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan di mana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dn perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Kualitas stimulasi dapat dilakukan dengan memperkaya lingkungan anak, sehingga dapat meningkatkan inteligensi anak. Berdasarkan penelitian Ramey, dkk (Santrock, 2007, h. 148), masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin. Berikut ini adalah efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137): Efek Lingkungan yang Berbeda terhadap IQ Berdasarkan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variabel lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka. D.Slow-Learner dan Kemampuan Aktualisasi Diri Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa sesuai dengan 3 fungsi utama, yaitu
1) fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan,
2) fungsi administrasi, dan
3) fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab terutama pada fungsi pelayanan siswa. Guru dapat membawa setiap siswa ke arah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Dalam proses belajar dan mengajar, kondisi slow-learner menjadi hambatan bagi anak untuk berprestasi di bidang akademik, tetapi tugas guru dan sekolah adalah membuat anak tetap dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Anak tetap dapat berkembang di bidang-bidang tertentu, bahkan lebih cerdas daripada anak normal pada bidang-bidang tersebut. Maka, slow-learner bukanlah suatu hambatan yang menentukan segala-galanya dalam kehidupan anak. Menurut Gardner (Santrock, 2007, h. 140), terdapat banyak tipe inteligensi spesifik dan dengan spesifikasi ini seorang anak dapat menggambarkan profesinya kelak, sebagai wujud aktualisasi dirinya:
1.Keahlian verbal; kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
2.Keahlian matematika; kemapuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan). 3.Keahlian spasial; kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, pelukis, pelaut). 4.Keahlian tubuh-kinestetik; kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari atlet). 5.Keahlian musik; sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
6.Keahlian intrapersonal; kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog). 7.Keahlian interpersonal; kemampuan untuk memahami dan dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru, penyuluh, konsultan).
8.Keahlian naturalis; kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, botani, ekolog). Tipe inteligensi spesifik inilah yang semestinya dikenali dengan baik oleh guru dari anak-anak slow-learner. Dengan mengetahui potensi diri, anak slow-learner dapat termotivasi untuk lebih mengembangkan diri di wilayah yang dapat mereka kuasai dan membantu mereka membangun konsep diri yang baik tentang dirinya sendiri.
METODE BELAJAR BAGI SLOW-LEARNER
A.Guru dan Slow-learner
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu guru dalam menghadapi anak slow-learner:
1.Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2.Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana. 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10.Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11.Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12.Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.
B.Penyelesaian Masalah bagi Slow-learner
1.Pemeliharaan sejak dini Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi inteligensi, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2.Pengembangan secara keseluruhan Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam berbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3.Lembaga pendidikan, kelas atau kelompok belajar khusus Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lambat belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. Dalam sekolah umum dapat dibentuk kelas khusus bagi anak slow-learner. Anak slow-learner membutuhkan perhatian yang lebih intensive dalam proses belajar mereka. Dengan dibentuk kelas atau kelompok yang relatif kecil, pembelajaran akan fokus pada mereka dan penggunaan metode yang berbeda dengan siswa reguler dapat lebih leluasa.
4.Memberikan pelajaran tambahan Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 5.Latihan indra Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka. Anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, seperti visual, auditori atau kinestetik. Dengan mengasah kemampuan indera yang dominan pada mereka akan mempermudah proses pemahaman dalam belajar mereka. 6.Prinsip belajar Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar:
a.Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.
b.Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
c.Beri dukungan moral atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak.
d.Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.
e.Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.
f.Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.
g.Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid. h.Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
i.Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
7.Dukungan orangtua Dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.
Subscribe to:
Posts (Atom)